Orang-orang melarat, dan papa
Mengatup bibir melantunkan lafasdz dengan namamu
Rintihan kesakitan, erangan yang menderita
Tuhan ! kau berada dalam tempat terpencil
Kau ada dalam gubuk-gubuk
Namamu menyembul dalam masyarakat pinggiran
Tuhan, kekawatiran selalu ada namamu
Ketakutan selalu kau sertai
Renungan gelandangan malang
Regikan pepohon sepanjang balantara kemiskinan
Kebingisan sering kali berujung, tangis darah dan kesakitan
Berujung dengan mengadu pasrah dengan namamu
Tanpa penyelesaian, dikucilkan dan terabaikan
Hanya kau yang menghargai
Hanya kau jalan satu-satunya
Hanya kau teman setia dan mengadu
Dikala musibah, kefakiran dan kemiskinan
Melilit erat di pinggang kehidupan
Aku datang ! sungkan menyebutmu di kala aku butuh
Aku risih ! memanggilmu dikala sedang kebingungan
Aku malu ! menatapmu ketika mengabaikanmu
Kemunafikan senantiasa menyelubungiku
Aku sering mendustaimu
Namun kau tetap memeliharaku dalam keceriaan
Ya Tuhan ya rahman ya rahim
Kebohongan acapkali jadi topeng kebenaran
Kapan jujur dapat merias kehidupan kemanusiaan
Kapan kebaikan dapat menebar kebaikan bersama
Kapan arogansi dapat berganti dengan peduli akan sesama
Sampai kapan kemiskinan dapat terangkat
Berdiri tegak dalam semangat kebebasan
Miskin, melarat, perkampungan kumuh jadi objek dan sorotan
Momen sesaat dalam kepentingan
Hilang tanpa bekas manfaat bagi kemanusiaan
Perhatian hanya darimu
Rahmat dan ketabahan hanya karenamu
Adakah keterpurukan, kemiskinan dan ketindasan
Kehendak dan ciptamu?
Atau hanya bias kepongahan dan kesombongan makhlukmu yang beruntung
Ya Tuhan ! aku jenuh, bosan melihat realitas saudara-saudaraku
Namun aku juga prihatin dan sedih dalam rasa bersamanya
Dengan cara apa aku dapat nengangkat derajatnya
Dengan apa aku harus menunjukan kebesaran jiwanya
Dengan apa mereka dapat hidup sejajar dengan yang mujur
Dengan apa pula dia dapat terangkat dengan iman padamu
Apa mungkin dengan harta, itu hanya dalam mimpi indah dan anganya
Tunjukan ya Tuhan dengan nyata
Tanpa menunggu akhiratmu
Bahwa mereka lebih mulya dari mereka yang beruntung-
Namun lupa dengan identitas keilahianmu
Nyatakan dalam kehidupan dunianya
Angkat namamu dari pinggiran keterasingan
Karena aku yakin kemiskinan bukanlah kodrat
Ketertindasan tidak semata-mata akibat kebodohan
Mereka tersingkir dan terpinggirkan oleh keangkuhan dan keserakahan
Bukankah kau tau Tuhan
Setiap saat aku melihat pengemis tua yang merengik
Orang buta meminta-minta
Memohon sedikit penyambung hidup
Aku selalu memohon agar kau menjaga dia dalam iman
….iman kepadamu wahai yang tunggal
Kadang aku sendiri merasa dalam kesombongan
Aku jarang membantu mereka
Aku kurang peduli pada mereka
aku cuek, acuh tak acuh pada mereka
Padahal sebenarnya esensiku tidak ada bedanya dari mereka
Sering sekali terburu-buru dan melangkah jauh dari mereka
Mengejar waktu sampai lengah pada mereka
Sampai kapan situasi ini akan berlanjut
Ya Tuhan ! sampai kapan cerita ini akan berakhir
Aku resah jika membiarkanya
Namun apalah dayaku, tanpa perlindungan darimu
Tapi….tapi….Aku senang sekali bersamanya
Bermain, ngobrol, bersahabat seperti keluarga
Tapi, tapi hanya itu yang dapat kulakukan
Aku hanya bisa berdoa dalam kesendirian
Dengan semangat bahagia yang mereka sungguhkan
Meski aku sadar mereka dalam situasi kelam
Aku tidak dapat berbuat apa-apa
Kecuali hanya dengan kata meratap belas kasihan darimu
Jagalah mereka dalam iman
Jagan biarkan mereka lupa, kufur padamu
Karena situasi kemiskinan
Ketertindasan
Diskriminasi
Tidak semata-mata kerena kelalaian
Pasar Minggu, 10 April 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar