Dari lereng bukit pabuaran melangkah setapak kaki…. Cari arah
Sembunyikan keresahaan dalam pencarian rimba
Dimana bunyi burung bersautan, binatang pecahkan kepiluan
Bangkitkan diri,alihkan sikap mengabdi
Abdikan diri dalam diri
Faham hanya dengan keyakinan diri, abdi dalam arti
Selimut hidup sebagai hiasan detak rasa
Bahagia nyata dalam hidup berujung dan berlimit
Biarlah dunia merambah dengan kebingaran
Ramaikan cipta sesat, rintih mengukir bekal diri
Nyanyian indah kehidupan, beragam nada dan irama
Sesuaikan impian bila sabda meresap dalam gelombang jiwa
Raga pun pada hakekatnya tiada makna
Serpihan jiwa pada ahkirnya hanya sebatas saksi
Sungguh…! Langkah selalu dini bila berhenti
Bunga-bunga kehidupanpun akan layu
Bila nurani hanya sebatas larut dalam sukma
Prisai diri selalu di bentengi dengan sikap mengeluh dan memohon
Ratapan jadi senjata ampuh
Jelma keilahian terukir dengan susah dan senang
Tiada tali pengikat satukan jiwa
Apa lagi jubah sebagai bungkus sukma
Betapa terjal jalan hidup
Rentang jarak dan waktu yang begitu nyata
Sulit merangkul inti diri
Biarlah bias-bias cipta menoleh mengintip jelma dzat
Munkinkah jiwa ini pergi mencari pijakan
Tinggal bersama roh-roh yang indah yang tenang dalam penantian
Tunggu giliran kapan jalan hidup berahkir
Sumringah bila takdir masih mengiasi teratai jalan
Menerpa kerikil, bebatuan, dan duri-duri kehidupan
Ingin sekali bercumbu ria, mesra bersama roh keilahian
Meratapi sedih, bersenda gurau, tidur bersama
Mengukir mimpi indah dalam lorong-lorong alamnya
Mengenal kehidupanya, berjalan bersama di taman impian
Ngobrol di serambi rumahnya, sambil minum teh yang di hasilkan dari kebunnya
Bertukar pikiran tentang nyata hidup masing-masing
Tuhan….!! Singgahlah dalam rumah jiwaku
Tinggallah satu atap bersamaku
Biarlah dunia mengerti jalanya sendiri
Intiku adalah kau
Kembalilah pada intimu
Kita melangkah bersama dalam wujud nyata keilahianmu
Sampai akhirnya aku dan kau mengerti
Bahwa….!!!
Kau dalam aku adalah….aku
Aku dalam kau adalah….kau
Ketinggian gunung, luasnya samudra menengarai menyapa dengan akrap
Tiada lagi batas, identitas pun melankah pergi diam-diam
Nama tidak lagi penting
Namamu bukan yang inti
Kini burung-burung terbang tanpa sayap
Ombak bergelombang tanpa terpaan angin
Padang pasir bergemuruh bersama beliung lenyapkan sakral
Bumi pancarkan cahaya indah, tenggelamkan matahari dan bulan
Api dan airpun bercumbu mesra
Biarlah keindahan ini kita nikmati dalam kebersamaan
Satukan kehendak dalam satu rimba
Melangkah bersama, walau jalan terjal
Kan kunikmati sejuknya jubah keilahianmu
Hingga pada saatnya, indera dan jiwaku lebur bersamamu
…….!!!
Abdus Saleh Maller
Villa Pabuaran Indah, 21 Juni 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar