"Jika belum ketemu tentu sangatlah rindu, jangan bersedih hati terus sebut namanya sampai dia datang menghampiri"

Minggu, 24 September 2017

SEJARAH PERJALANAN GURU AGUNG IMAM WALI QUTHUB SYEKH ABU HASAN ‘ALI’ AS-SYADZILI

KH. Agus Salim/Foto by: Abdus Saleh Radai
SEJARAH PERJALANAN GURU AGUNG IMAM WALI QUTHUB
SYEKH ABU HASAN ‘ALI’ AS-SYADZILI

Oleh: Drs. KH. Agus Salim
(Rois Syu'biyah Jam'iyah Ahlith Thoriqoh wal Mu'tabaroh An Nahdliyah dan Ketua Lembaga Dakwah PBNU)

(Disampaikan pada Acara Haul ke- 48 Hadlatusysyekh Syaikhona wa Murobbi Ruhina Mbah KH. Mustqiem bin Husein dan KH. Abdul Djalil Mustaqiem yang ke-13, Pondok PETA Tulungagung 24 September 2017)

Bismillahirraohmanirrohim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Muqoddimah

Hadirin Jemaah, Murid Thoriqoh Syadziliyah yang Allah Muliakan
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadhirat Allah SWT, atas segala nikmat dan pertolongannya kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini, dalam rangka mengenang serta mentauladani para kekasih Allah, dalam Acara Haulnya Guru kita:

Hadlratusysyekh, Syaihona wa Murobbi Ruhina
Mbah KH. Mustqiem bin Husein dan KH. Abdul Djalil Mustaqiem yang Ke-13

Dengan hadirnya kita semua di tempat ini semoga Guru kita Syaihona wa Murobbi Ruhina Mbah KH. Mustqiem bin Husein, senantiasa meridhai kita semua sebagai muridnya, dengan ridhanya guru pasti Allah SWT, meridhai kita semua. Marilah acara malam ini kita jadikan spirit, energi,  dan motivasi dalam perjalanan kita menuju dzat yang Maha Suci yaitu (Robbul ‘alamin Allah SWT).

Sholawat dan salam tidak lupa kita mohonkan kehadirat Allah SWT semoga tercurah keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya, semoga kita yang hadir di tempat ini khususnya akan mendapatkan Syafaat Baginda Rosululloh di yaumil qiyamah nanti. Amiin Ya Robbal A'lamin.
Makam Sang Sufi Agung Sulthonil Aulia Syekh Abu Hasan As-Syadzili
Hadirin Jemaah, Murid Thoriqoh Syadziliyah yang Allah Muliakan
Syekh al Imam al Quthub al Ghouts Sayyidina Syarif Abu Hasan Ali As-Syadzili al Hasani bin Abdullah bin Abdul Jabbar, terlahir dari rahim sang ibu di sebuah desa bernama Ghomaroh, tidak jauh dari kota Saptah, negeri Maghrib al Aqsho atau Maroko, Afrika Utara bagian ujung paling barat, pada tahun 593 H / 1197 M. Beliau merupakan dzurriyat atau keturunan ke dua puluh dua dari junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, dengan urut-urutan sebagai berikut, asy Syekh Abu Hasan Ali As-Syadzili adalah putra dari :

1. Abdullah, bin
2. Abdul Jabbar, bin
3. Tamim, bin
4. Hurmuz, bin
5. Khotim, bin
6. Qushoyyi, bin
7. Yusuf, bin
8. Yusa', bin
9. Wardi, bin
10. Abu Baththal, bin
11. Ali, bin
12. Ahmad, bin
13. Muhammad, bin
14. 'Isa, bin
15. Idris al Mutsanna, bin
16. Umar, bin
17. Idris, bin
18. Abdullah, bin
19. Hasan al Mutsanna, bin
20. Sayyidina Hasan, bin
21. Sayyidina Ali bin Abu Thalib wa Sayyidatina Fathimah az Zahro' binti
22. Sayyidina wa habibina wa syafi'ina Muhammadin, rosulillaahi shollallahu 'alaihi wa aalihi sallam.

Syekh Abu Hasan Ali As-Syadzili adalah seorang wali quthub yang besar, yang menjadi kembangnya jagat, telaga di gurun pasir yang tandus serta tentramnya negeri, ilmu dan wasiatnya termasuk hizib-hizibnya seperti hizib bahr dan lainnya selalu menjadi ketentraman hati bagi para pengikutnya dan para wali, juga menjadi bekalnya para muslimin yang telah merasakan nikmatnya menghambakan diri kepada Allah dzat yang maha kuasa.

Maka di sini perlu saya sampaikan dengan maksud mudah-mudahan saya dan para pembaca juga para pendengar bisa menjadi orang yang bila mendengar perkara dan keterangan-keterangan baik, bisa meniru, tetapi bila mendengar perkara dan keterangan-keterangan jelek, bisa dengan cepat meninggalkannya. Amin Ya Robbal alamin.

Imam Syadzili itu dilahirkan di kota Syadilah yaitu suatu desa di daerah gimaroh, Afrika bagian barat tahun 593 Hijriah. Dan ketika beliau berumur 6 tahun pergi ke negara tunis, dan bertepatan saat itu krisis, sehingga banyak di jalan-jalan orang-orang yang kesakitan dan kelaparan. Maka dengan kebaikan dan rasa belas kasihannya beliau berkata : ”umpama saya punya uang, pasti akan ku belikan roti untuk orang-orang yang kelaparan. Maka kemudian Allah menguji beliau dengan memenuhi uang di kantong beliau dari alam ghoib, dan diperintahkan untuk membelikan roti dengan yang tersebut. Maka kemudian secepatnya beliau membeli roti, kemudian membagikannya pada orang-orang yang kelaparan tersebut, sehingga semuanya kenyang. Dan setelah itu beliau secepatnya pergi ke masjid, sebab saat itu bertepatan hari Jum’at. Dan ketika sampai di masjid lalu sholat sunnah, kemudian duduk i’tikaf. Dan waktu belum lama duduknya, tiba-tiba datang orang laki-laki yang berwibawa tingkah lakunya, mengucapkan salam pada beliau, dan laki-laki tersebut memberi tahu, bahwa namanya Ahmad Hidir dan mengatakan bahwa dirinya datang kesini diperintah untuk menetapkan iman Syadzili menjadi wali Agung, karena imam Syadzili mempunyai akhlak yang Agung dan mulya. 

Ketika selesai sholat Jum’at imam Syadzili mencari Nabi Hidir tapi tak menemukannya, maka kemudian imam Syadzili pergi kehadapan Syekh Abi Sa’id Al-baji, ketika sampai dihadapannya, kemudian Syekh Abi Syaid berkata pada Syekh Abu Hasan tentang apa yang ada pada perjalanan Syekh Abu Hasan, tentang membelinya roti dengan uang dari alam ghoib, dan tentang pertemuannya dengan Nabi Hidir, tentang ucapan salamnya dan tentang pemberitahuan namanya dan tentang pemberitahuan Nabi Hidir bahwa kedatangannya diperintahkan untuk menetapkan Syekh Abu Hasan sebagai wali Agung. Setelah Syekh Abu Hasan mendengar seperti itu beliau sangat gembira karena merasa sudah sampai apa yang dikehendaki. Maka kemudian beliau tetap tinggal berguru dihadapan Syekh Abi Sa’id beberapa tahun, sehingga melaksanakan haji beberapa kali bersamanya.

Setelah Syekh Abu Hasan menjadi alim dan merasa cukup berguru dengan dohirnya ilmu syari’at, kemudian pamit pindah ke negara irak. Syekh Abu Hasan memulai datang ke rumah Syekh Abil Fath Al-wasithi. Beliau adalah gurunya negeri barat daerah mesir dan menjadi guru torikot di saat itu. Dan ketika Syekh Abu Hasan menjelaskan tujuan kedatangannya, Syekh Abil Fath berkata : ”bahwa wali quthub yang dicarinya tak ada di tanah irak, tapi ada di negara bagian barat yaitu di negrinya Syekh Abu Hasan sendiri, dan Syekh Abil Fath juga memberi isyaroh bahwa wali quthub yang dicarinya ada di atas suatu gunung. Maka berangkatlah imam Syadzili menuju gunung yang di isyarohkan tersebut, setelah sampai di bawah gunung, lalu beliau siap-siap untuk mengagungkan wali quthub tersebut, lalu mandi di sumberan air yang ada di bawah gunung. 

Ketika Syekh Abu Hasan mau berangkat kehadapan wali quthub, tiba-tiba sebelum Syekh Abu Hasan mengangkat kakinya, justru wali quthub tersebut menjemput datang ke tempat Syekh Abu Hasan mandi, dan berkata : ”sesungguhnya Rosululloh saw telah memberi kabar kepadaku bahwa Syekh Abu Hasan akan datang padaku. Dan Rosululloh saw perintah padaku untuk mendidik Syekh Abu Hasan. Maka ketika Syekh Abu Hasan cukup ilmunya dari wali quthub tersebut, maka Syekh Abu Hasan diperintah untuk kembali ke asal negerinya yaitu Syadzila. Dan dikatakan: ”sesungguhnya dirinya akan disebut-sebut dengan nama Syadzili dan akan menjadi wali quthub di negara Mesir. Kemudian Syekh Abu Hasan kembali ke desa Syadzili.

Ketika telah berumur 19 tahun, Syekh Abu Hasan mimpi bertemu dengan Rosululloh saw dan diperintahkan untuk hijroh (pindah) ke Mesir dan dikatakan : bahwa dirinya akan diberi 70 karomah di dalam toriqohnya dan diberi 40 murid dari golongan wali-wali siddiqin, dan ketika Syekh Abu Hasan datang dinegara Mesir tersebut ketepatan saat wafatnya Syekh Abi Hajjaj al aqshory sebagai pemegang wali quthub di negara Mesir yaitu malam nisfu sya’ban tahun 612 H, dan di saat itu juga Syekh Abu Hasan dijadikan pemegang wali quthub di negara Mesir sebagai ganti Syekh Abi Hajjaj al aqshory RA.

Dan Syekh Abu Hasan itu ketika sampai dinegara Mesir dan menetap disana yaitu tahun 612 H beliau menyebarkan dan mengajarkan ilmu hakikat sehingga banyak sekali orang-orang besar dari para ulama dan auliya yang masuk dalam jamaah beliau dan mengambil berkah dengan bay’at kepada beliau seperti shulton ulama Syekh Izzudin bin Abdi salam dan Syekh Islam misrol mahrusah dan golongan ushfur dan Syekh Tanbihudin dan guru ahli hadits Syekh Abdul ’Adzim Al mundziri dan Syekh Ibnu Sholah dan Syekh Ibnu hajib dan Syekh Muhyidin Ibnu Shuroqoh dan Syekh Alimin dan yang lainnya. Sehingga sampai 40 orang dari golongan Shidiqin.

Dan Syekh Abu Hasan r.a itu adalah dari golongan wali yang agung dari kesabarannya dari beberapa macam cobaan. Sebagian dari cobaan beliau ialah sesungguhnya ahli negara beliau menghukumi beliau kafir zindiq, sehingga mereka mengusir beliau beserta jamaah beliau dari negara magrib. Kemudian mereka menulis surat kepada perwakilan Iskandariyah bahwa sesungguhnya akan datang kepada kalian semua golongan kafir zindiq bangsa magrobiy maka takutlah berkumpul dengan mereka, maka setelah Syekh Abu Hasan datang didaerah Iskandariyah dan beliau menemui mereka maka mereka mencela beliau kemudian mereka melaporkan beliau kepada raja Iskandariyah. Jadi beliau tak henti-henti dalam kesakitan-kesakitan sampai-sampai ketika beliau pergi ibadah haji dengan para manusia dalam beberapa tahun terputus ibadah haji dengan para manusia dalam beberapa tahun terputus dari banyaknya pembegal-pembegal, maka beliau tetap sabar, kemudian para manusia itu memuji beliau.

Dan Syekh Abu Hasan r.a ketika telah berusia 63 tahun beliau hendak pergi ibadah haji maka ketika sampai ditanah lapangnya ’Idzab, beliau wasiat kepada murid-muridnya supaya menghafalkan do’a hizib bahr dan berwasiat bahwa sesungguhnya Syekh Imam Abil Abbas Al Mursiyyi r.a dengan kehendak Allah dan ridho Allah dijadikan pengganti beliau setelah wafatnya beliau kemudian Syekh Abu Hasan mengambil air wudhu, kemudian sholat sunah, kemudian beliau berkata ”wahai tuhanku, wahai tuhanku kapan adanya pertemuan?” tak henti-henti sampai terbit fajar maka ketika berhenti mendekatlah putra beliau maka tiba-tiba beliau telah kembali ke rohmatullah. Dan banyak sekali para wali-wali besar yang datang mensholati jenazah beliau, dan mengambil berkah dengan mengiring jenazah beliau kemudian beliau dikuburkan ditempat itu (shohro’ idzab) dalam bulan dzulqo’dah tahun 656 H.

Hadirin Jemaah, Murid Thoriqoh Syadziliyah yang Allah Muliakan
Silsilahnya Syekh Abu Hasan Assyadiliy dari guru dzikir Sirrilalah Syekh Abi Abdullah Muhamad bin Charozin, beliau dari Syekh Abi Muhamad Sholeh bin banshori Addakaaliy, beliau dari Syekh Abi Madyan Al andalusi, beliau dari Syekh Quthub Abi Ya’inna adar, beliau dari Syekh Abi Muhammad Tannur, beliau dari Syekh Abi Muhamad Abdul Jalil, beliau dari Syekh Abil fadli Al Hindi Abdillah bin Abi Basyar, beliau dari Syekh Abi Basyar Al Hasan Al Jauhari, beliau dari Syekh Abi Ali Annuriy, beliau dari Syekh Abu Hasan Assarry Assiqoty, beliau dari Syekh Abi Mahfudz Ma’ruf bin firuzil Kurochi, beliau dari Syekh Sulaiman dawud Atthi’i, beliau dari Syekh Habib Al’ajamiy beliau dari Syekh Abi Bakar bin Muhamad bin Sirin, beliau dari Sayidina Anas r.a, beliau dari Rosulullah saw.

Adapun silsilahnya Syekh Abu Hasan Assyadiliy r.a dari guru dzikir jahri (silsilah Quthubiyah) ialah Syekh Quthub Abdussalam bin Masyis, beliau mengambil toriqoh dari Al Quthbus Syarif Abdurrohman, beliau dari Quthub Taqilyuddin Al fuqoiri, beliau dari Quthub fahruddin, beliau dari Quthub Nuruddin beliau dari Quthub Tajuddin beliau dari Quthub Syamsuddin beliau dari Quthub Zinuddin, beliau dari Quthub Abi Ishak Ibrohim Al Bashori beliau dari Quthub Abil Qosim Ahmad Al Mazwani, beliau dari Quthub Sa’id, beliau dari Quthub Sa’du, beliau dari Quthub Abi Muhamad Fathusu’ud, beliau dari Quthub Al Fazwani, beliau dari Quthub Abi Muhamad Jabir, beliau dari Quthub Al Aqthob Sayidina Hasan, beliau dari Sayidina Ali r.a, beliau dari Rosulullah saw.

Menurut keterangan orang yang telah bertemu dengan Syekh Abu Hasan As-Syadzili, bahwa dia adalah seorang laki-laki yang agung, yang tinggi agak kurus, wajahnya wajah seorang pertapa, perawakannya menarik, bentuk wajahnya agak lonjong yang memancarkan sinar keimanan dan keihlasan, adapun kulitnya sawo matang (hitam kemerah-merahan), godeknya tipis, tangannya agak panjang dan jari-jarinya langsing. Menurut keterangan itu sudah menunjukkan seorang yang agung yang penuh Asror dan hikmah, yang sifat seperti ini sesuai dengan keterangan Abul Azaa’im bahwa diantara sifat imam As-Syadzili itu ialah lincah dan gesit, ucapannya pelan dan jelas, masuk kehati, manis bahasanya, ringkas tutur katanya enak didengarkan dan mudah diterima, sehingga apa yang dikatakan punya pengertian yang dalam.

Syekh Abu Hasan r.a itu sangat tawaddu’, dan sesungguhnya sebagian dari ketawadu’annya ialah : beliau tidak mau berbicara di suatu tempat perkumpulan, kecuali bila dikatakan pada beliau ”berbicaralah!” maka baru mau berbicara, dan perkataan beliau itu halus, dan bisa ditanggapi orang-orang besar dan orang-orang kecil karena kebijaksanaan beliau, dan keadilan beliau, dan karena beliau mengerti ilmu-ilmunya para ulama, dan sifat-sifatnya raja-raja dan kebijaksanaannya ahli hikmah.

Dan diceritakan, sesungguhnya ketika para auliya dan para ulama berkumpul di balai pertemuan manshuroh dekat tsugroh dimyathi : Syekh izzuddin bin Abdussalam dan Syekh makinuddin Al-asmari dan Syekh taqiyyuddin bin daqiqil’id dan yang lainnya, mereka semua telah duduk sedang membicarakan Risalah Qusyairiyah dan setiap mereka mengatakan pada beliau. Kami ingin mendengar suatu perkataan darimu tentang makna-makna pembinaan ini, maka beliau berkata ”kalian semua adalah para guru-guru besar Islam dan sungguh telah kalian bicarakan maka bagi saya sudah tidak ada tempat untuk membicarakan, maka mereka berkata pada beliau ”tidak”, tetapi tetap berbicaralah. Maka beliau memuja dan memuji Allah dan mulai berbicara sesuatu. Setelah itu maka Syekh Izzuddin bin Abdis Salam yang menjadi sultonnya para ulama berteriak dari dalam perkemahan dan keluar sambil memanggil-manggilnya dengan suara keras. Kesinilah semua! Untuk mendengar pembicaraan yang dekat dengan kebenaran dari hadapan Allah, maka dengarkanlah!

Dan padahal Syekh Izzuddin itu sebelum berkumpul dengan Syekh Abu Hasan dia ingkar dengan kaum para sufi dan dia berkata, ”apakah ada toriqoh yang selain Qur’an dan hadits? Dan setelah Syekh Izzidin berkumpul dengan Syekh Abu Hasan dan setelah salut dan pasrah dengan kaum sufi dia berkata. ”Sebagian dari tanda yang agung yang menunjukkan adanya golongan kaum ahli tasawuf itu ialah, mereka sudah bisa mendudukkan agung-agungnya dasar agama yaitu mereka bisa meletakkan kekuasaan karomah-karomah dan yang luar kebiasaan manusia sedangkan para ahli fiqih belum bisa menguasai apa-apa kecuali hanya baru bisa menjalani di jalan-jalannya kaum sufi, seperti yang kelihatan di lahirnya saja”. Maka setelah Syekh Izzuddin berkumpul dengan kaum sufi dan setelah merasakan toriqoh yang telah dirasakan kaum sufi dan telah bisa memotong besi dengan lembaran kertas, maka dia memuji-muji terhadap kaum sufi dengan pujian yang sangat.

Syekh Abu Hasan itu adalah memiliki manakib (sejarah bagus yang khusus) yang agung sebagian dari manakibnya ialah beliau terbuka untuk bisa melihat buku catatan orang-orang yang akan masuk ke toriqoh beliau dan lebarnya buku catatan tersebut ialah sepanjang batas pandangan mata, dari para murid yang baiat langsung pada beliau dan para murid yang setelah beliau wafat sampai akhir zaman, dan seluruh murid-murid akan dibebaskan dari neraka dan Syekh Abu Hasan r.a diberi Bisyaroh (bebungah) sesungguhnya orang yang melihat beliau dengan rasa cinta dan mengagungkan dia tak akan celaka. Dan sebagian dari manaqibnya lagi ialah sesungguhnya beliau itu menjadi sebab keberuntungan para muridnya. Dan sebagian dari manaqibnya lagi ialah sesungguhnya beliau berdo’a pada Allah semoga Allah mengangkat wali-wali quthub sampai akhir zaman diambilkan dari golongan toriqoh Syadziliyah. Dan Allah mengijabah do’a beliau, maka wali quthub hingga akhir zaman akan diangkat dari golongan toriqoh beliau. Dan sebagian dari manaqibnya lagi ialah Syekh Abul Abbas berkata : ”ketika Allah hendak menurunkan bencana secara umum maka golongan toriqoh syadzili diberi selamat dari bencana tersebut dengan karomahnya Syekh Abu Hasan Assyadzili”. Dan sebagian dari manaqibnya lagi ialah Syekh Syamsudin Al Hanafi r.a berkata ”Para ahli toriqoh Syadzaliyah itu diberi keunggulan 3 perkata sedangkan yang lainnya tidak diberi, yang pertama ialah sesungguhnya para ahli toriqoh syadzaliyah itu sudah dipilij dari luh mahfudz, yang kedua ialah sesungguhnya bila mereka jadzab bisa pulih kembali seperti semula, yang ketiga ialah sesungguhnya wali quthub yang setelah Syekh Abu Hasan As-Syadzili diambilkan dari ahli toriqoh syadzaliyah”. Dan sebagian dari manaqibnya lagi ialah sesungguhnya bila beliau mendidik murid-muridnya maka cukup sebentar saja sudah bisa menjadi futuh (terbuka). Dan sebagian dari manakibnya lagi ialah sesungguhnya Rosululloh saw telah mengizini siapa saja yang berdo’a kepada Allah dengan tawasul kepada Syekh Abu Hasan As-Syadzili, karena Syaikah Abdullah berkata kepada Rosululloh saw tentang tingkah lakunya dari membaca sholawat kepada Rosululloh kemudian membaca Tarhibiyahnya (sifat kependetaan / menjauhi masyarakat) Syekh Abu Hasan As-Syadzili r.a kemudian berdo’a kepada Allah dengan tawasul kepada Syekh Abu Hasan As-Syadzili, kemudian Syekh Abdullah bertanya kepada Rosululloh ”Apakah yang seperti ini diizinkan atau tidak diizinkan?, maka Rosululloh menjawab ”Tingkah lakumu yang seperti ini diizini, sebab Syekh Abu Hasan adalah juz (bagian) dari beberapa juz diriku dan barang siapa tawasul dengan juzku, itu seperti orang yang tawasul dengan diriku.

Karomah dan Hikmah Abu Hasan Ali Syadzili
Syekh Makinudin Al Asmuru r.a berkata ”Para guru toriqoh itu mengajak masyarakat duduk-duduk dipintu rohmatnya Allah, tetapi Syekh Abu Hasan As-Syadzili mengajak masyarakat supaya masuk dihadapan/dihadlrat Allah.” Syekh Abu Hasan As-Syadzili berkata : ”sebagian dari nifaq ialah menampakkan dirinya melakukan sunah rosul saw, tetapi Allah mengetahui dari orang itu bahwa ada maksud lainnya.” sebagian dari syirik yaitu menjadikan kekasih selain Allah dan menjadikan penolong selain Allah, Allah telah berfirman ”kalian semua itu tidak mempunyai kekasih dan tidak ada yang menolong kalian semua selain Allah apakah kalian semua tidak berangan-angan.”

Disebutkan dalam syarah qoridah seperti ini : ”sebagian dari mana aibnya Syekh Abu Hasan Syadzili adalah beliau itu bila naik kendaraan para pembesarnya fuqoro’ dan ahli dunia mereka berjalan dikanan kiri beliau, bendera dikibarkan di atas kepala beliau, gelas minuman ditaruh dihadapannya dan perintah kepada pimpinan fuqoro’ supaya mengatakan : siapa yang menghendaki quthub supaya bertemu Syadzili. Dan Syekh Abu Hasan r.a berkata : ”saya diberi oleh Allah daftar sahabat-sahabat saya dan sahabat-sahabat saya sehingga hari kiamat, yang luasnya sejauh pandangan mata untuk membebaskan sahabat-sahabat saya itu dari neraka. Dan beliau juga berkata ”Andaikan tidak ada ikatan sariat dilisanku, saya bisa menceritakan kalian semua apa yang akan terjadi besok dan besoknya sampai hari kiamat.’

Syekh Abu Hasan As-Syadzili r.a itu adalah memiliki beberapa karomah yang banyak sekali yang tak ada yang bisa menghitungnya kecuali Allah. Sebagian dari karomahnya ialah Allah memberinya kunci setiap asma-asma sehingga andai setiap manusia dan jin dijadikan penulisnya pasti mereka kelelahan sedangkan ilmunya Syekh Abu Hasan As-Syadzili tidak akan habis. Sebagian dari karomahnya lagi ialah bagus budi pekertinya belas kasih pemurah, dari masa kecilnya, umur 6 tahun telah mengenyankan orang-orang kelaparan dari ahli negri Tunis dengan harta pemberian dari alam ghoib. Dan sebagian dari karomahnya lagi ialah beliau kedatangan Nabiyulloh Chidir A.S yang menetapkan beliau menjadi wali agung sejak masih anak-anak yang berusia 6 tahun. Dan sebagian dari karomahnya lagi ialah sesunguhnya beliau tahu dengan isi batinnya manusia. Dan sebagian dari karomahnya lagi ialah sesungguhnya beliau diberi bisa berbicara dengan malaikat dengan disaksikan dihadapan para murid-muridnya. Dan sebagian dari karomahnya lagi ialah sesungguhnya beliau bisa menjaga kepada para murid-muridnya walaupun berada ditempat yang jauh. Dan sebagian dari karomahnya lagi ialah sesungguhnya beliau bisa memperlihatkan ka’bah dengan jelas dari negara Mesir.

Dan sebagian dari karomahnya lagi ialah beliau tak pernah putus selalu melihat lailatul Qodr dari sejak baligh sampai wafatnya, sehingga beliau berkata :
Dan sebagian dari karomahnya lagi ialah sesungguhnya setiap orang yang mati yang dikubur yang bersamaan dengan penguburan beliau maka diampuni. Seluruh dosa-dosanya. Dan sebagian dari karomahnya lagi ialah beliau itu mustajab do’anya. Dan sebagian dari karomahnya lagi ialah sesungguhnya beliau tak pernah terhalang sekejab matapun selalu melihat Rosululloh di dalam 40 th, karena Syekh Abul Abbas Al Mursiyu r.a berkata ”Bahwa Syekh Abu Hasan berkata : dimasa 40 tahun saya tidak pernah terhalang dari melihat Rosululloh dan bila saya terhalang sekejab matapun maka saya tidak menganggap terhadap diri saya dari golongan orang-orang Islam (yang sempurna), dan karomah yang seperti ini adalah dari agung-agungnya karomah.

Sebagian dari karomahnya Syekh Abu Hasan As-Syadzili ialah ketika beliau datang di negara maghrib orang-orang kirim surat melaporkan kepada raja (Mesir) dengan laporan kejelekan Abu Hasan, kemudian beliau keluar dari Iskandariyah menghadap raja (Mesir), maka kemudian raja mempercayai kebenaran Syekh Abu Hasan. Kemudian orang-orang tersebut melaporkan lagi kepada raja bahwa Syekh Abu Hasan itu Kaimawy (pengusaha mas dari jin) maka hilangkah kepercayaan raja kepada beliau, ketepan saat itu sesungguhnya seorang penjaga rumahnya raja melakukan suatu perkara yang mengharuskan dihukum mati, maka penjaga tersebut ketakutan menghadapi raja dan lari ke Iskandariyah maka Syekh Abu Hasan melindunginya, dan kemudian raja mengutus utusan untuk menangkap orang tersebut dan berkata kasar terhadap Syekh Abu Hasan ”kau merusak budakku” lalu Syekh Abu Hasan menjawab : saya adalah orang yang membuat kebaikan bukan kerusakan. Kemudian Syekh Abu Hasan mengeluarkan budak tersebut dari persembunyiannya dan berkata : kencinglah diatas batu ini, maka ketika kencing dibatu tersebut. Seketika berubahlah menjadi mas kira-kira 5 qinthor (+ 5000 dinar), kemudian Syaih Abu Hasan berkata : ambilah mas ini berikan untuk raja supaya ditaruh di baitul maal (gudang negara), dan ketika sampai pada raja, raja kembali mempercayai Syekh Abu Hasan dan meninggalkan tuduhan yang jelek. Lalu raja datang ziarah kepada Syekh Abu Hasan dan minta kepada Syekh Abu Hasan supaya budaknya kencing di atas batu yang dikehendaki raja, lalu Syaih Abu Hasan berkata : yang pokok itu adalah izin Allah, dan selanjutnya raja selalu percaya terhadap Syekh Abu Hasan dan menawarkan kepada Syekh Abu Hasan harta dan jaminan-jaminan, tetapi Syekh Abu Hasan menolaknya, dan beliau berkata : apakah seseorang yang pelayannya bisa kencing di atas batu kemudian menjadi emas dengan izin Allah itu membutuhkan bantuan mahluq?

Sebagian dari karomahnya Syekh Abu Hasan Asyadzily ialah : sesungguhnya beliau pernah suatu hari berbicara masalah zuhud, dan di majlis itu ada seorang faqir yang pakaiannya compang-camping, sedangkan Syekh Abu Hasan berpakaian yang bagus, maka orang faqir tersebut berkata dalam hatinya ”Bagaimana Syekh Abu Hasan ini? Beliau berbicara masalah zuhud sedangkan pakaiannya bagusnya seperti ini, sayalah orang yang zuhud terhadap dunia”. Kemudian Syekh Abu Hasan menoleh melihat orang faqir tersebut, dan berkata : pakaianmu itu pakaian cinta dunia, karena pakaianmu itu memanggil masyarakat bahwa kamu itu orang faqir (mempunyai kedudukan dihadapat Allah), tetapi pakaianku ini memanggil masyarakat bila saya orang kaya, orang yang cukup, dan menjaga dirinya (jangan sampai dianggap orang yang zuhud). Kemudian orang faqir tersebut berdiri dihadapan orang banyak dan berkata : Demi Allah saya adalah orang yang berbicara dalam hatiku bahwa aku adalah orang zuhud (meninggalkan cinta dunia), maka aku mohon ampun kepada Allah dan taubat pada Allah. Kemudian Syekh Abu Hasan memberi pakaian baru kepada orang faqir tersebut dan menunjukkan orang faqir tersebut supaya berguru terhadap orang yang disebut ibnu Dahhan dan beliau berkata : mudah-mudahan Allah menjadikan hatinya orang yang bagus-bagus belas kasih kepadamu, dan mudah-mudahan Allah memberi barokah terhadap apa yang telah diberikan kepadamu, dan mengakhiri hidupmu nanti dengan bagus.

Diantara karomahnya lagi ialah beliau pernah berkata : ”pada toriqoh yang saya jalankan ini, saya membawa ilmu yang belum pernah dibawa orang-orang sebelumku, dan juga pernah berkata : besok di Mesir akan muncul seorang laki-laki yang terkenal sebutannya Muhammad al hanafy, dipipi sebelah kanannya ada tai lalatnya, kulitnya putih kemerah-merahan, asalnya anak yatim yang faqir, akan menjadi kholifahku yang kelima setelahku, akan masyhur dizamannya dan mempunyai kedudukan yang luhur sekali.

Imam Syadzily itu bagaikan lautan di dalam ilmu-ilmu syari’ah dan ilmu alat-alatNya juga ilmu bathinnya syari’ah, karena beliau diberi ringkasan seluruh asma’-asma’ a’dhom warisan dari eyangnya yaitu rosululloh saw, dan oleh karena itu beliau pernah berkata : andaikata seluruh manusia dan jin dijadikan juru tulisku, pasti mereka kelelahan sedangkan ilmuku takkan habis.

Imam Syadzily itu pertama berguru mengambil nasab pada Syekh Abdissalam al masyisy, kemudian tak mengambil nasab pada siapapun, tetapi justru mengambil nasab berguru pada sepuluh lautan, yang lima di langit dan yang lima di bumi. Maka dari itu ketika ditanya ”siapakah guru anda? Beliau menjawab : pertama yang menjadi nasab guruku ialah : Syekh Abdul Salam, adapun sekarang saya tak mengambil nasab dari seorangpun, tetapi saya telah berenang (menciduk) ilmu dari 10 lautan yaitu 1- nabi Muhammad saw. 2- S. Abu Bakar ra. 3- S. Umar ra. 4- S. Utsman ra. 5- S. Ali ra. 6- Malaikat Jibril as. 7- M. Mikail as. 8- M. Isrofil as. 9- M. Izrooil as. 10- Ruhul Akbar solawatulloh wasalamushu alaihim ajmaiin.

Imam Syadzili itu adalah lebih ma’rifat-ma’rifatnya orang yang ada pada saat itu maka dari itu Syekh Takiyuddin bin daqiq Al-’id ra berkata aku belum pernah melihat orang yang lebih ma’rifat pada Allah dari pada Syekh Abu Hasan As-Syadzili beliau itu adalah orang yang luas dalam ilmu Hakikatnya. Sebagian yang menunjukkan bahwa beliau memiliki ilmu Hakikat Yang Agung ialah beliau pernah berkata : saya pernah diberi kabar gembira seperti ini. ”Hai Ali tak ada majlis ilmu fiqih yang lebih agung di atas bumi ini dari pada majlisnya Syekh Izzuddin Abdissalam sebagai sulton ulama, dan tak ada majlis ilmu hadits yang agung di atas bumi ini dari pada majlisnya Syekh Abdil A’dim Al-Mundiri, dan tak ada majlis ilmu hakikat yang agung di atas bumi ini dari pada majlismu.

Syekh Abi Hasab As-Syadzili pernah berkata :
”Saya bertemu Rosul lalu saya bertanya apa hakikinya mengikuti? Rosul menjawab : ”Yaitu melihat orang yang diikuti dalam segala tingkah, dan bersama dalam segalanya, dan ada di dalamnya setiap waktu apa saja. Dan Syekh Abu Hasan Asyadili juga berkata jika kamu ingin benar dalam setiap ucapan maka perbanyaklah membaca surat : ”Qulhuwallahu Ahad dan jika kami ingin mudahnya rizki maka perbanyaklah membaca surat kul a’udu birobbil falaq dan jika kamu ingin selamat maka perbanyaklah membaca surat ”Qul a’udu birobbinnas. Wali quthub Robbani Syekh Abdul Wahab Assa’roni berkata : sebagian ulama berkata paling sedikitnya memperbanyak bacaan ialah 70 kali setiap hari sampai 700 kali.

Syekh Abu Hasan berkata : 
”Lebih benar-benarnya ucapan ialah ucapan Laailaaha illallaah dalam keadaan bersih. Dan Syekh Abu Hasan juga berkata jika kamu ingin hatimu tidak jelek, tidak menemui kesusahan dan perihatin, dan tidak terus-menerus ke tempat dosa, maka perbanyaklah membaca : ”Subhaanallaahi wa bihamdihi subhanallaahil adhiim laailaahaillahuwa. Allaahumma tsabbit ’ilma haa fi qolbii wagfirlil dzanbii.

Syekh Abu Hasan R.A berkata : 
Kamu jangan memilih suatu perkara, dan pilihlah perkara yang tidak dipilih. Dan Syekh Abu Hasan juga berkata : para wali itu tidak butuh segala sesuatu, cukup dengan mempunyai Allah, dan mereka cukup bersama Allah tanpa pemikiran dan pilihan lain. Sedangkan para orang ’alim mempunyai pemikiran dan pilihan untuk kebaikan dan pembicaraan untuk mendapatkan faidah-faidah.

Syekh Abu Hasan As-Syadzili R.A berkata:
 ada satu perkara yang bisa menghancurkan beberapa amal, dan kebanyakan manusia tidak mengingatnya yaitu bencinya hamba pada qodo’ Allah (ketentuan Allah), dan juga ada dua kebaikan yang menjadikan tidak akan berbahaya dengan banyaknya kejelekan yaitu rido dengan qodo’ Allah dan memaafkan hamba Allah dan beliau juga berkata seorang hamba tak akan bisa menghindar dari neraka kecuali mencegah anggota badannya dari maksiat pada Allah dan menghiasi dirinya dengan menjaga amanat Allah dan membuka hatinya untuk melihat Allah dan membuka lisan dan batinnya untuk munajat pada Allah dan menghilangkan hijab (tirai) diantara dirinya dan diantara sifat-sifat Allah dan mensaksikan dirinya terhadap ruh-ruh kalimat Allah kepada Allah.

Syekh Abu Hasan As-Syadzili berkata : 
”ketika dzikir terasa berat dilisanmu dan banyak sia-sianya dalam ucapanmu dan tergelarnya anggota badan dalam syahwatmu dan buntunya pintu pemikiran dalam kebaikanmu maka ketahuilah sesungguhnya yang seperti itu dari besarnya dosamu atau adanya irodah (kehendak) munafik di dalam hatimu dan tidak ada jalan untukmu kecuali satu jalan yaitu taubat dan berbuat baik, dan mohon perlindungan Allah, dan ihlas di dalam agama Allah. Apakah kau tidak mendengarkan firmah Allah : ”kecuali orang-orang yang mau bertaubat dan berbuat baik, minta perlindungan kepada Allah dan membersihkan agama mereka, maka mereka itulah orang-orang yang bisa bersama-sama dengan orang-orang mukmin”. Dan Allah tidak mengatakan dengan perkataan : sebagian dari golongan orang-orang mukmin maka berangan-anganlah dengan perkara ini jika kamu menjadi orang pandai”.

Syekh Abu Hasan As-Syadzili berkata :
 ”Apabila ilmu kasafmu (terbukanya hati) bertentangan dengan qur’an hadits, maka berpeganglah dengan qur’an dan hadits dan tinggalkan saja ilmu kasafmu dan katakan pada dirimu : Sesungguhnya Allah menjamin menjaga saya di dalam qur’an hadits, dan tidak menjamin (tidak bertanggung jawab) dari arah ilmu kasaf, ilmu ilham (bisikan), ilmu musyahadah (melihat perkara goib), dan juga para ulama sepakat sebaiknya tidak mengamalkan ilmu kasaf, ilmu ilham, ilmu musyahadah kecuali setelah ditinjau sesuai qur’an hadits”.

Syekh Abu Hasan As-Syadzili berkata : 
”Bila ada seseorang menghalangimu menuju Allah maka tetap teguhlah dan mantaplah, Allah telah berfirman : Hai orang-orang yang beriman bila kalian bertemu menghadapi suatu qoum (golongan) maka tetap teguhlah dan berdzikirlah (berdo’alah) pada Allah dengan banyak supaya kalian semua beruntung”.

Syekh Abu Hasan As-Syadzili berkata : 
”setiap ilmu yang tergerak dalam hati yang digerakkan oleh nafsu dan nafsu merasa lezat dengan ilmu tersebut maka buanglah walaupun ilmu itu haq dan ambilah ilmunya Allah yang diberikan Rosululloh kemudian ikutlah kepada Rosululloh dan kepada kholifah, kepada para sahabat, dan para tabi’in dan para imam-imam yang mendapat hidayah yang menjauhkan kehendak dan perintah hawa nafsu. Maka kamu akan selamat dari beberapa keraguan dan beberapa prasangka dan beberapa penarik dusta yang menyesatkan yang menyimpang dari hidayah dan haqiqinya hidayah. Dan beliau juga berkata termasuk sebagian dari lebih menjaganya penjaga dari terjerumus ke dalam cobaan terhadap ma’siat dan dosa. Adalah istigfar, Allah telah berfirman : Dan tidaklah Allah itu menyiksa mereka (ahli Makkah) sedangkan mereka lagi mohon ampun.”

Syekh Abu Hasan r.a berkata :
”Bila kamu majlisan (duduk-duduk) dengan para ulama maka janganlah kamu membicarakan kepada mereka kecuali ilmu yang dinukil dari ketentuan qur’an dan riwayat-riwayat hadits yang shohih, adakalanya berfaidah untuk mereka atau kamu yang mengambil faidah dari mereka yang seperti itu adalah keuntungan yang besar dari mereka. Dan jika kamu majlisan dengan ahli ibadah dan ahli zuhud (ahli bertapa) maka duduk-duduklah ke dalam mereka dengan apa yang mereka anggap baik dan buatlah mudah atas masalah-masalah yang mereka anggap sulit dan berilah mereka rasa ma’rifat yang mereka belum merasakannya. Dan jika kamu majlisan dengan ahli shidiqin maka, pisahkanlah dengan apa yang kau ketahui maka kamu akan mendapat ilmu yang tetap. Dan Syekh Abu Hasan As-Syadzili berkata : ”termasuk sulit-sulitnya manusia ialah orang yang senang bisa orang-orang tunduk dengan mu’amalahnya sehingga orang-orang tersebut sesuai dengan segala yang ia inginkan sedangkan dirinya sendiri tidak bisa menemukan kehendak nafsunya sendiri, maka carilah nafsumu dengan memuliakan manusia dan jangan kau mencari manusia agar mereka memuliakanmu, dan jangan kau memaksa kecuali terhadap nafsumu sendiri.”

Syekh Abu Hasan r.a berkata : 
”saya telah menghentikan manfaat dari saya untuk diri saya sendiri, maka bagaimana tidak bila saya memutuskan manfaat orang lain untuk diri saya. Dan saya mengharapkan kepada Allah untuk kemanfaatan orang lain maka bagaimana tidak bila saya mengharap kepada Allah untuk kemanfaatan diri saya sendiri. Syekh Abu Hasan As-Syadzili juga berkata : janganlah kau cenderung dengan ilmu dan jangan kepada kekuatan tetapi cenderunglah kepada Allah. Dan jangan sampai kau menyebarkan ilmumu hanya agar manusia membenarkan dirimu tapi sebarlah ilmumu agar menjadi lantaran Allah membenarkanmu. Dan dari perkataan beliu tersebut di atas sudah cukup untukmu bila Syekh Abu Hasan Syadzili itu adalah dari golongan orang-orang ahli ma’rifat, ahli zuhud, ahli membersihkan diri, ahli fiqih (pandai) dalam agama, ahli muroqobah, dan menjadi gurunya orang-orang besar.”

Syekh Abu Hasan r.a pernah berkata kepada para sahabatnya : 
”makanlah dari makanan yang enak-enak dan minumlah dengan minuman lebih lezat lebih segar dan tidurlah dikasur-kasur yang empuk dan pakailah pakaian yang lebih halus, lebih bagus, maka sesungguhnya diantara kalian semua ketika melakukan seperti itu dan mengucapkan Alhamdulillah maka seluruh anggota badan bisa menerima untuk bersyukur. Berbeda dengan makan makanan jelek, roti kasar dengan garam dan memakai pakaian kasar yang jelek dan tidur di atas bumi dan minum dengan air panasnya matahari dan setelah itu mengucapkan Alhamdulillah maka sesungguhnya ucapannya itu tercampur dengan rasa terpaksa dan kurang ikhlas (gerundel) dan sebagian dari rasa benci dengan takdirnya Allah. Dan sesungguhnya apabila kalian melihat dengan mata hati sudah pasti bisa menemukan kejengkelan dan rasa kebencian tersebut yang kembali kepada dosa bagi orang-orang yang mengambil kenikmatan perkara dunia dengan yakin. Maka sesungguhnya yang dinamakan orang yang mengambil kenikmatan perkara dunia itu ialah melakukan perkara yang telah diwenangkan oleh Allah swt dan barang siapa punya rasa jengkel dan benci maka sungguh berarti telah melakukan perkara yang diharamkan oleh Allah swt. Ucapakan seperti ini adalah sebagian dari tanda bahwa Syekh Abu Hasan r.a sebagian dari golongan ahli muroqobah (mengintai & meneliti) terhadap tingkah lakunya hati dan termasuk sebagian dari golongan ahli syukur.Beliau juga berkata : ”murid toriqoh tak akan meningkat sama sekali kecuali setelah jelas benar-benar cinta kepada Allah SWT, dan murid tak akan bisa benar-benar cinta Allah sehingga benci dunia, dan ahli dunia, dan zuhud dengan kenikmatan dunia dan akhirat. Dan beliau berkata lagi : setiap murid toriqoh tentu ada rasa cinta dunia, maka Allah akan membencinya menurut banyak sedikitnya di dalam cintanya terhadap dunia. Maka murid supaya membuang dunia lepas dari tangannya dan dari hatinya ketika awal masuknya di dalam toriqoh, dan ketika ada murid meminta talqin (pengajaran secara berhadap-hadapan) dengan guru atau mengambil janji terhadap guru sedangkan dia cenderung kepada dunia, maka dia harus kembali dari mana asal tempat datangnya, dan toriqohnya akan membuang dirinya. Maka sesungguhnya paling sedikitnya sebagai dasar murid masuk toriqoh yaitu zuhud di dalam bab dunia, maka barang siapa tidak zuhud di dalam bab dunia maka tidak sah baginya dibangun sesuatu diakhirat”.

Syekh Abu Hasan Asyadzily pernah berkata : 
telapakku bisa di atas jidatnya para wali-wali :
Ada di (kalangan) toriqoh itu tidak ada karomah yang lebih besar daripada karomah (berupa) iman, dan manut pada sunah Nabi, siapa orangnya yang sudah diberi iman dan bisa manut pada sunah Nabi, kemudian menginginkan selain yang kedua tadi, (jelas) orang itu hamba yang berpura-pura dan ahli bohong.

Tidak ada dosa besar yang lebih besar dari pada dua perkara : (yaitu) cinta dunia sampai memilihnya (artinya menganggap lebih penting dari pada akhirat) dan terus menerus (berada di dalam) kebodohan sampai ridho. Karena cinta dunia itu sumber setiap kesalahan dan terus menerus (berada di dalam) kebodohan itu sumbernya maksiat.

Kamu jangan terlalu meninggalkan dunia. Yang bisa menjadi sebab gelapnya dunia (menyelimuti harimu) dan menjadi lemah anggota badanmu. Yang akhirnya kamu kembali merangkul dunia setelah keluar dari dunia dengan Himmahmu (cita-citamu) atau fikiranmu atau keinginan atau gerakmu. Kamu supaya menetapkan perkara lima yang membersihkan badanmu yang ada dalam perkataan yaitu : ”subhaanallaahi wal hamdulullaahi wa laa ilaaha illallaahu wallaahu akbaru wa laa hau la wa laa quwata illaa billaahi”. Dan perkara lima yang membersihkan badanmu yang ada dalam pekerjaan yaitu solat lima waktu dan membersihkan badan dari rasa memiliki daya dan kekuatan.

Tandanya orang yang mendapat kebahagiaan di akhirat, yaitu : orang yang tahu kebenaran lalu mau tawadu’ pada orang yang ahli kebenaran walaupun melakukan kejelekan apa saja. Dan tandanya orang yang celaka di akhirat yaitu orang yang menentang kebenaran dan menyombongi pada orang yang ahli kebenaran walaupun melakukan kebaikan apa saja.

Syekh Abu Hasan As-Syadzili berkata : 
”ikhlas yaitu nur dari Allah yang diletakkan dihati hamba Allah yang beriman, kemudian nur ikhlas tersebut bercabang menjadi 4 kehendak :

  1. Kehendak ikhlas di dalam beramal karena mengagungkan Allah
  2. Kehendak ikhlas karena mengagungkan perintah Allah
  3. Kehendak ikhlas karena mencari pahala dari Allah
  4. Kehendak ikhlas di dalam membersihkan amal dari yang berbau mencari selain Allah, dan tidak menjaga selain karena Allah.
Dan Syekh Abu Hasan juga berkata : 
”karomahnya orang-orang sidikin (orang-orang yang bersungguh dalam beriman kepada Allah) itu ada 5 :
  1. Langgengnya dzikir dan ta’at (ibadah kepada Allah) dengan syarat istiqomah.
  2. Zuhud (meninggalkan cinta dunia), senang mengambil sedikit dari dunia.
  3. Memperbarui keyakinannya ketika ada macam-macam perkara yang menghalang-halangi kesungguhannya dalam beriman.
  4. Resah bila berkumpul dengan orang yang ahli manfaat dan tenang bila berkumpul dengan orang yang ahli madhorot.
  5. Apa yang dzohir pada dirinya seperti melipat bumi, berjalan di atas air dan lain-lain
  6. Yang tidak berlaku di dalam kebiasaan manusia, kejadian yang seperti ini ada waktunya dan ada pada orang yang tertentu dan ada tempat tertentu. Jadi barang siapa yang mencari karomah yang ada dilain waktunya jarang .
Sekali bisa menemukan karomah badan yang seperti itu. Ringkasnya orang yang mencari karomah tidak akan diberi karomah, begitu juga orang yang hatinya membicarakan karimah dan usaha mencari karomah, yang diberi karomah badan itu khusus orang yang tidak melihat dirinya dan tidak melihat amal. Tetapi orang yang sibuk melihat apa yang disukai Allah selalu melihat anugrahnya Allah putus dari melihat dirinya dan amalnya.

Syekh Abu Hasan berkata : 
”Ada perkara lima yang barang siapa tidak ketempatan sesuatu dari perkara lima itu, maka dia tidak mempunyai iman :
  1. Membenarkan perkaranya Allah
  2. Ridho kepada qodhonya Allah
  3. Pasrah kepada perkaranya Allah
  4. Tawakal kepada Allah
  5. Sabar ketika awalnya menghadapi bala’nya Allah (bencana dari Allah)
Syekh Abu Hasan berkata : 
”Yang dinamakan ma’rifat yaitu : perkara yang mengajukan dirimu meninggalkan dari selain Allah dan mengembalikan dirimu kepada Allah”.

Syekh Abu Hasan berkata : 
”Ada dua perkara yang memudahkan melewati jalan menuju Allah yaitu :
  1. Ma’rifat kepada Allah
  2. Cinta kepada Allah
Cintamu kepada suatu perkara itu menjadikan buta matamu dan tuli telingamu”

Syekh Abu Hasan berkata :
”Bila kamu berkehendak selalu langgeng melihat Allah dengan mata keimanan dan keyakinan, kamu supaya selalu mensyukuri nikmat Allah, selalu ridho kepada qodhonya Allah, dalam al-qur’an telah dikatakan ”apa saja nikmat yang ada pada diri kalian, itu semua dari Allah, kemudian jika kau mengalami kemadhorotan, tentu kalian kembali minta pertolongan Allah”.

Syekh Abu Hasan berkata :
”selalu tetaplah mohonlah ampun kepada Allah walaupun tidak melakukan dosa dan ambillah ibarat dengan istigfarnya Rosululloh saw setelah menerima kabar gembira dari Allah dan yakin dengan ampunan Allah atas seluruh dosa yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan. Ya seperti ini untuk Rosululloh yang ma’sum (yang dijaga dari perbuatan dosa), yang tidak pernah melakukan dosa sama sekali dan bersih dari dosa. Lalu bagaimana anggapanmu terhadap orang yang tidak sepi dari cela dan dosa sewaktu-waktu”.

Syekh Abu Hasan berkata : 
”Ada satu kelakuan baik yang bila seorang hamba mau melakukan, bisa menjadi pimpinan masyarakat yang ada di masanya, yaitu : berpaling dari dunia (hatinya tidak lekat dengan harta/kedudukan), dan menahan sakitnya hati dari orang yang ahli dunia”.

Syekh Abu Hasan berkata : 
”Jika kamu hendak berhutang kepada orang lain supaya hatinya menghadap kepada Allah, dan berhutang atas namanya Allah (di dalam hatinya), karena setiap apa-apa yang dihutang oleh hamba atas namanya Allah maka Allah akan menanggung pembayarannya”.

Syekh Abu Hasan berkata : 
”Barang siapa yang mengajak (masyarakat) kepada Allah dengan selain apa yang diajarkan oleh Rosululloh maka orang itu ahli bid’ah”.

Syekh Abu Hasan berkata : 
”Bila ada orang fakir (murid toriqoh) tidak selalu (ajek) datang sholat lima waktu di dalam berjamaah, tidak perlu kau urusi”.

Syekh Abu Hasan berkata : 
”Jika kau menganggap bagus sebagian dari tingkah lakumu yang batin dan dzohir dan kamu kuatir hilangnya, maka supaya kamu membaca : ”masya Allah Laa Quawwata illa billah”.

Syekh Abu Hasan berkata :
”Setiap karomah yang tidak dibarengi ridho dari Allah, dan tidak dibarengi ridho orangnya yang karomah itu kepada Allah, dan tidak dibarengi cintanya Allah atau cintanya hamba kepada Allah, orang yang mempunyai karomah tersebut dilulu oleh Allah (istidroj) yang ditipu oleh syaithon, atau orang yang kurang sempurna, orang yang rusak berantakan”.

Syekh Abu Hasan ra berkata : 
Wali quthub itu memiliki 10 karomah, barang siapa mengaku memiliki karomah 10 ini atau sebagian dari 10 ini supaya diperlihatkan :
  1. Bisa memberi bantuan yang berupa rohmat husus dan penjagaan yang husus dari Allah.
  2. Bisa memberi bantuan sebagai pengganti salah satu wiliyulloh dan pengganti quthub.
  3. Bisa memberi bantuan dari malaikat yang menyangga arasy.
  4. Dibuka hatinya dari haqiqinya dzat dan mengusai macam-macamnya sifat.
  5. Diberi kemulyaan menetapkan dan memisahkan antara dua wujud.
  6. Pisahnya keadaan awwal dari keadaan awwal dan apa yang berpisah dari awwal sampai ujungnya dan apa yang telah tetap pada keadaaan awwal.
  7. Kemulyaan menghukumi apa yang ada pada sebelumnya awwal.
  8. Hukumnya apa yang sebelum awwal.
  9. Hukum bagi orang yang tadi mempunyai sifat sebelumnya dan sifat sesudahnya.
  10. Ilmu badi’ yaitu ilmu yang meliputi seluruh ilmu dan seluruh yang diketahui, yang lahir dari sirr yang awal sampai ujungnya kemudian kembali kepada awal.
Syekh Abu Hasan r.a berkata :
Barang siapa yang menghadap mahluq secara keseluruhan sebelum sampai pada tingkat kesempurnaan dirinya, tentu gugur dari perhatiannya Allah, maka dari itu kalian semua supaya takut dengan penyakit yang besar ini, banyak sekali orang yang senang hatinya menghadapi masyarakat dan merasa puas sebab menjadi orang yang terkenal dan dicium tangannya oleh masyarakat, maka dari itu kalian semua supaya berpegang teguh dengan penjagaan Allah menuju jalan yang lurus.

Syekh Abu Hasan r.a berkata :
Penglihatan mata hati itu sama dengan penglihatan mata kepala, kejatuhan kotoran sedikit saja tidak bisa melihat walaupun tadi sampai buta, kemauan melakukan kejelekan sekali saja itu bisa mengotori pandangan mata hati dan bisa mengeruhkan fikiran dan kehendak (ma’riifat Allah), dan bisa menghilangkan perbuatan baik sama sekali, melakukan kejelekan yang timbul dari suara hati tersebut, bisa membawa orang yang memiliki kelakuhan jelek itu dari bagian Islam, bila orangnya terus menerus melakukan kejelekan itu, Islam lepas dari orang itu satu bagian-satu bagian, bila sampai menggunjing dan memaki ulama’ dan orang-orang sholeh dan berkasih-kasihan dengan orang, dholim karena cinta dengan kedudukan dihadapan orang dholim tersebut, seluruh bagian-bagian Islam lepas dari orang itu. Kamu jangan sampai kena pengaruh oleh pakaian atau lagak orang yang seperti itu, karena orang yang seperti itu adalah tidak memiliki ruuh Islam, karena ruh Islam itu adalah cinta Allah dan cinta Rosul Allah dan cinta Ahirat dan cinta hamba Allah yang sholih-sholih.

Syekh Abu Hasan berkata :
Tidak ada taqwa bagi orang yang cinta dunia, yang memiliki taqwa itu hanya orang yang berpaling dari dunia.

Syekh Abu Hasan berkata :
Jika kamu hendak melakukan suatu ’amal untuk dunia dan akhirot kamu supaya mengucap ”yaa qowiyyu yaa ’aziizu yaa ’aliimu yaa qodiiru yaa samii’u yaa bashiiru.

Syekh Abu Hasan r.a berkata : 
Kau tadi akan merasa baunya kedudukan menjadi walinya Allah bila tidak benci dunia dan tidak benci orang yang ahli dunia.

Syekh Abu Hasan r.a berkata :
Setiap kebaikan yang tidak menimbulkan nuur atau ilmu disaat melakukan, itu jangan kau anggap kalau kebaikan itu ada pahalanya, dan setiap kelakuhan jelek yang menimbulkan rasa takut kepada Allah dan kembali kepada Allah, itu jangan kau anggap dosa yang berbahaya.

Syekh Abu Hasan r.a berkata :
Hati-hati jangan sampai pandangan mu itu berhenti terhadap mahluq, tetapi kau supaya menghentikan pandanganmu terhadap kemanfaatan dan kemadhorotan meninggalkan memandang mahluq, karena seluruh kemanfaatan dan kemadhorotan itu tidak keluar dari mahluq. Kau supaya melihat seluruh kemanfaatan dan kemadhorotan itu keluar dari Allah terhadap dirinya mahluq, dan kau hendaknya lari kepada Allah dari mahluq dengan memperhatikan taqdir yang berjalan pada dirimu dan yang berjalan pada diri mahluq, atau taqdir yang memberikan manfaat untuk dirimu atau bermanfaat untuk mahluq, kau jangan sampai takut yang menjadi sebab kau lupa dari Allah jika kau berbuat seperti itu (mengembalikan taqdir kepada mahluq), kau akan kerusakan.

Syekh Abu Hasan berkata : 
Barang siapa meninggalkan ma’syiat pada anggota lahirnya dan membuang cinta dunia pada bathinnya dan selalu menjaga anggota lahirnya dan hatinya dari ma’syiat, orang itu akan menerima tambahan dari Tuhannya dan Allah menugaskan malaikat yang menjaga orang itu dari hadapat Allah, dan Allah akan mengambil dan menarik orang itu pada setiap perkaranya ketika jatuh atau naik, tambahan yang akan diterima yaitu tambahan ilmu dan keyakinan dan kema’ripatan.

Syekh Abu Hasan berkata : 
kau jangan menunda-nunda to’at pada sewaktu-waktu pada waktu yang lain maka kau akan disiksa sebab putusnya to’at itu atau sebab putusnya to’at lainnya atau putusnya to’at yang sama dengan to’at itu sebagai tebusan waktu yang kau sia-siakan. Karena setiap waktu itu ada bagian to’atnya, maka kewajiban menghambakan diri atasmu itu menuntun dirimu dengan hukum ketuhanannya Allah.

Syekh Abu Hasan r.a berkata : 
dalam menuju wusul kepada Allah (sampai) itu tidak dengan sifat kependekatan (menjauh dari masyarakat), dan tidak dengan makan syair (makanan yang kasar), atau lebihan rontokan gandum, tetapi sesungguhnya jalan wusul kepada Allah itu hanya dengan melaksanakan perintah Allah dan yakin berada di bawah petunjuk Allah, Allah telah berfirman : ”Kami telah menjadikan mereka (bani israil) pimpinan masyarakat yang menunjukkan agama kami ketika mereka bersabar dan yakin dengan ayat-ayat kami.

Syekh Abu Hasan berkata : 
berhati-hatilah jangan sampai kau terjerumus pada perbuatan maksiat satu kali setelah mengulangi lainnya, karena orang yang melanggar undang-undang Allah itu dia adalah orang dholim, dan orang yang dholim itu tidak bisa menjadi imam (panutan). Barang siapa yang meninggalkan maksiat dan sabar menghadapi ujian Allah dan yakin dengan janji-janji Allah dan ancaman-ancaman Allah maka dia itulah imam walaupun pengikutnya sedikit.

Syekh Abu Hasan berkata : 
Bila Allah menghina seorang hamba, apa yang menjadi kepentingan nafsunya orang tersebut dibuka oleh Allah, dan apa yang menjadi aib dirinya dan agamanya (ibadahnya) di tutup oleh Allah, maka orang yang seperti itu berbolak-balik bersenang-senang menuruti kesenangan hawa nafsunya sehingga menjadi kerusakan agamanya tanpa terasa (sedangkan masyarakat menganggap dia orang utama).

Syekh Abu Hasan berkata : 
setiap orang yang mengaku hatinya futuh (dibuka oleh Allah) tetapi dirinya berpura-pura di dalam to’at ibadah kepada Allah atau tamak dengan apa yang ada di tangan mahluq Allah maka orang itu bohong.

Demikianlah Manaqib Syekh Abu Hasan Ali As-Syadzili ini saya sampaikan, semoga kita semua dapat mentauladani beliau sekaligus Allah mampukan untuk menjadikan Haliyah Guru sebagai hal kita. Amin Ya Rabbal ‘alamin.


Wallahul Muwaffiq ila Aqwamitthoriq
Wassalamu’alaiku Warohmatullahi Wabarokatuh

Berita Terkait:
KH. Agus Salim (Manaqib Imam Wali Quthub Syekh Abu Hasan Al-Syadzili) Haul Pondok PETA Tulungagung 


KH. Agus Salim (Manaqib Imam Wali Quthub Syekh Abu Hasan Asy Syadzili) 
Haul Pondok PETA Tulungagung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar