"Jika belum ketemu tentu sangatlah rindu, jangan bersedih hati terus sebut namanya sampai dia datang menghampiri"

Senin, 08 Februari 2010

Harapan Yang Terjal

Dari lereng bukit pabuaran melangkah setapak kaki…. Cari arah
Sembunyikan keresahaan dalam pencarian rimba
Dimana bunyi burung bersautan, binatang pecahkan kepiluan
Bangkitkan diri,alihkan sikap mengabdi
Abdikan diri dalam diri
Faham hanya dengan keyakinan diri, abdi dalam arti

Selimut hidup sebagai hiasan detak rasa
Bahagia nyata dalam hidup berujung dan berlimit
Biarlah dunia merambah dengan kebingaran
Ramaikan cipta sesat, rintih mengukir bekal diri

Nyanyian indah kehidupan, beragam nada dan irama
Sesuaikan impian bila sabda meresap dalam gelombang jiwa
Raga pun pada hakekatnya tiada makna
Serpihan jiwa pada ahkirnya hanya sebatas saksi
Sungguh…! Langkah selalu dini bila berhenti
Bunga-bunga kehidupanpun akan layu
Bila nurani hanya sebatas larut dalam sukma

Prisai diri selalu di bentengi dengan sikap mengeluh dan memohon
Ratapan jadi senjata ampuh
Jelma keilahian terukir dengan susah dan senang
Tiada tali pengikat satukan jiwa
Apa lagi jubah sebagai bungkus sukma

Betapa terjal jalan hidup
Rentang jarak dan waktu yang begitu nyata
Sulit merangkul inti diri
Biarlah bias-bias cipta menoleh mengintip jelma dzat

Munkinkah jiwa ini pergi mencari pijakan
Tinggal bersama roh-roh yang indah yang tenang dalam penantian
Tunggu giliran kapan jalan hidup berahkir
Sumringah bila takdir masih mengiasi teratai jalan
Menerpa kerikil, bebatuan, dan duri-duri kehidupan

Ingin sekali bercumbu ria, mesra bersama roh keilahian
Meratapi sedih, bersenda gurau, tidur bersama
Mengukir mimpi indah dalam lorong-lorong alamnya
Mengenal kehidupanya, berjalan bersama di taman impian
Ngobrol di serambi rumahnya, sambil minum teh yang di hasilkan dari kebunnya
Bertukar pikiran tentang nyata hidup masing-masing

Tuhan….!! Singgahlah dalam rumah jiwaku
Tinggallah satu atap bersamaku
Biarlah dunia mengerti jalanya sendiri
Intiku adalah kau
Kembalilah pada intimu
Kita melangkah bersama dalam wujud nyata keilahianmu
Sampai akhirnya aku dan kau mengerti
Bahwa….!!!
Kau dalam aku adalah….aku
Aku dalam kau adalah….kau

Ketinggian gunung, luasnya samudra menengarai menyapa dengan akrap
Tiada lagi batas, identitas pun melankah pergi diam-diam
Nama tidak lagi penting
Namamu bukan yang inti
Kini burung-burung terbang tanpa sayap
Ombak bergelombang tanpa terpaan angin
Padang pasir bergemuruh bersama beliung lenyapkan sakral
Bumi pancarkan cahaya indah, tenggelamkan matahari dan bulan
Api dan airpun bercumbu mesra

Biarlah keindahan ini kita nikmati dalam kebersamaan
Satukan kehendak dalam satu rimba
Melangkah bersama, walau jalan terjal
Kan kunikmati sejuknya jubah keilahianmu
Hingga pada saatnya, indera dan jiwaku lebur bersamamu
…….!!!


Abdus Saleh Maller
Villa Pabuaran Indah, 21 Juni 2002

Sabtu, 06 Februari 2010

Saudaraku Yang Malang



Setiap kali aku berjalan melintasi panasnya ibu kota
Terbesit jua rasa empati buat saudaraku yang malang
Mereka tertatih-tatih disela-sela ramainya kendaraan
Menadah tangan mengendapkan harga diri
Semangat untuk hidup hanya dalam pikiran
Untaian rengekan kian memilukan

Ibu kotaku kian panas
Namun tak terasa bagi saudaraku yang malang
Trotoar jalan jadi persinggahan
Menahan lelah usap keringat kepanasan
Asap kendaraan jadi santapan
Bunyi klakson kendaraan jadi nyanyian

Mereka tidak peduli lagi dengan harga diri
Mereka telah abaikan rasa malu
Mereka simpan ramainya kehidupan
Rasa tenang mereka jadikan mimpi
Mereka jalani kebahagiaan dalam kepedihan

Rasa panas bukan lagi hambatan
Rasa malu bukan lagi ukuran kemanusiaan
Tujuan hidup adalah makan
Cita-cita hanya sebatas sambung hidup
Masa depan tak terencanakan
Masa depan barjalan seiring bergantinya siang dan malam

Makan hanya dengan belas kasihan
Trotoar jalan jadi teman
Kolong jembatan jadi pemukiman
Mereka nyaman dengan keadaan yang tidak mereka rencanakan
Terik matahari, polusi udara mereka terjang
Dinginnnya malam jadi selimut petang
Koran bekas jadi penghanagt badan
Lewatkan penderitaan dalam bayang-bayang mimpi indah

Profesi mereka beranika ragam
Ada yang pengemis, pengamen jalanan, seniman jalanan
Bahkan ada yang hanya duduk diam
Menatap lalu lalang kendaraan
Mengharap belas kasihan
Tampakkan kelemahan mengharap simpati penuh keibaan

Aku melankah jelajahi kota ini
Disudut-sudut jalan, berpapasan dengan saudaraku yang malang
Kalau dari tadi aku melihat pengemis
Kalau dari tadi aku melihat pengamen
Kalau dari tadi aku melihat orang cacat
Kini aku melihat saudaraku yang malang

Dia duduk termangu tanpa busana
Dia tidak peduli lagi dengan kemaluan-nya
Dia tidak risih lagi jadi perhatian
Dia cuek dengan kehidupan
Namun aku yakin dia masih menyimpan insting keimanan
Rasa, hasrat, semangat hidup, ambisi telah ditinggalkan

Perasaanku perih bak teriris daun ilalang
Perih….! Melihat saudaraku yang malang
Meski mereka belum tentu merasakan derita
Hatiku menangis tanpa air mata
Dikala saudaraku diam tanpa suara
Adakah dia ngobrol dengan Mu ya Allah…!

Aku tidak tahu agama yang saudaraku yakini
Aku tidak peduli lagi
Apakah mereka islam, kristen, Hindu, Budha, Konghucu…atau yang lainya
Aku selalu mohon pada Tuhan yang aku cari
Tolong jaga saudaraku yang lemah dari penganiayaan
Kuatkan dia dari hasrat yang menyimpang
Luruskan jalanya ke jalan yang engkau ridhai
Tanamkan dalam taman hatinya bunga-bunga iman

Tuntaskan risalah kelam sosial dengan kemakmuran
Hiasi kota ini dengan hamba-hambamu yang beriman
Pagari jalan ini dengan semangat kekeluargaan
Hilangkan noda kota ini dengan rahmat
Agar saudara-saudaraku tidak lagi di jalanan
Sehingga aku bisa tersenyum melihat keceriaan…..!!!


By. Abdus Saleh Maller

Jumat, 05 Februari 2010

Posko Pelayanan Kesetiakawan Sosial Hari Kedua (Assesment Anak Jalanan)



Hari Sarat Makna
Kamis, 04 Februari 2010

Tidak seperti biasanya trotoar jalan dan lampu merah senyap sepi tanpa hadirnya pelakon panggung realitas sosial yang memilukan.Tidak terdengar lagi denting gitar kegetiran, tak terlihat lagi tarian bocah-bocah di altar aspal. hanya terdengar klakson kendaraan yang tak sabar menunggu antrian untuk berjalan karena lampu merah telah berganti hijau. kemana anak-anak yang setiap sore selalu menjadi bagian dari lakon macetnya Kota Jakarta.

Jelas saja anak-anak pergi dari panggung yang sebenarnya tidak mereka inginkan. anak-anak pada pergi kak celetuk pengasong anak yang sedang duduk santai. dari pagi sampai siang ini mobil 'Trantip' Satpol PP selalu mundar mandir, jadi anak-anak kabur trauma takut di 'razia'. Pantas saja anak-anak tak terlihat, benar saja anak-anak tidak bisa memerankan lakon semunya. karena sang penegak musiman sedang beraksi.

Ironi memang ketika pemerintah pusat telah menanggalkan kekerasan dan kekejaman dalam mengurai permasalahan PMKS jalanan, melalui program Posko Pelayanan Kesetiakawanan Sosial, malah pemerintah tingkat wilayah seperti Camat, memerintahkan penyisiran dan sapu bersih (sampah kali) terhadap PMKS jalanan terutama anak jalanan yang sedang mengamen. Sebuah negara dan pemerintahan yang hebat dimana antara peraturan yang satu dengan peraturan yang lainnya tidak pernah sinergi.

Tapi tidak apalah karena memang benar kenyataannya setelah Satpol PP pulang ke markas. Permata-permata bangsa tersebut bermunculan satu persatu. sehingga kita dengan meudah dapat melayani mereka dengan baik, sopan, santun dan penuh kasih sayang. dan alhamdulillah di hari yang kedua ini anak-anak yang mendapatkan pelayanan bertambah terus. yang lebih hebatnya lagi ada beberapa anak yang mau meneruskan pembinaan sehingga kami penyelenggara dan teman-teman merujuknya kepada panti-panti yang mimang sudah disiapkan oleh pemerintah. Sungguh hari ini melelahkan namun menakjubkan...!!!

Kamis, 04 Februari 2010

Posko Pelayanan Kesetiakawan Sosial Hari Pertama (Assesment Anak Jalanan)


Lebak Bulus 3 Februari 2010: Sinar matahari hilang berlahan tertutup awan yang kian pekat menutupi jalanan lebak bulus, bertanda hujan akan segara turun. anak-anak tetap mengayuh tangan memetik gitar meski tak berirama. Alat musik kecrek terbuat dari botol air mineral bekas, berisi beras atau pasir mengusik telinga para pengendara kendaraan beromotor. Anak-anak jalanan terus melangkah menghampiri kendaraan yang sedang berhenti dilampu merah menawarkan jasa hiburan demi uang receh. Wajah mereka ceria tatkala ada yang memberi atau hanya minta maaf dengan senyuman. bahkan wajah mereja tetap sumringah dikala ada pengendara kendaraan yang cuek dan mengijeknya.

Itulah pengalaman pertama kegiatan Posko Pelayanan Kesetiakawanan Sosial yang deiselenggarakan oleh Dinas Sosial DKI Jakarta bekerjasama denga Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Dilts Foundation, Insan Mandiri, PSM Jakarta Selatan, Sudin Sosial Jakarta Selata, TKSK, Karang Taruna, Tim Dokter Atmajaya, Tagana dan unsur masyarakat lainnya. Program yang dilaksanakan adalah selain assesment ada juga pelayanan kesehatan gratis, bermain bersama anak jalanan, nonton bareng, konsultasi semua persalahan yang dialami anak dan orang tua dengan psikolog.

Dihari pertama ini terdata anak jalanan yang mengamen dan ngasong sebanyak 30 orang dengan kisaran umur dari balita sampai umur 18 tahun. anak-anak ini cukup beragam ada yang masih sekolah ada juga yang tidak pernah sekolah sama sekali. dengan adanya pelayanan sosial bagi anak ini diharapkan permasalahan anak dijalanan semakin berkurang, dan anak-anak yang sudah terdata mudah-mudahan dapat rujukan pelayanan di panti-panti pemerintah atau rumah singgah yang memang secara khusus memberikan pelayanan sosial, pendidikan, kegamaan, dan pemulihan mental anak. sampai jumpa lagi adik-adik......selamat berjuang kejar masa depan cemerlangmu.

Selasa, 02 Februari 2010

SORE YANG INDAH


Abdus Saleh Radai di PBNU
Awan merah menggantung indah merona
Melepas mesra meraih cita cipta
Mega merah merengkuh sabda mengemas cakrawala
Melankah mesrah merangkai asmara
Langkah berlahan senja tinggalkan ramainya mayapada
Mengintip keindahan bersama kebahagiaan

Sepasang hamba tersenyum pasrah menatap lepas ke arah samudra
Menanti tiba saat siang hilang jemput malam
Bersama indahnya matahari sore mengendap-endap berlahan
Seakan malu menatap sepasang bahagia dalam keceriaan
Membelai mesra dengan kesungguhan
Melambaikan tanggan meremas ketulusasn

Kata-kata indah mengiringi suasana hati yang sedang bahagia
Sepasang hambapun menatap mesra penuh kepasrahan
Seakan lupa akan waktu yang berjalan, menuju kegelapan malam
Bunyi binatang lautpun mulai memecah kesunyian
Desiran ombak melengkapi indahnya jelang malam

HARAPAN


Dalam kegalauan hati dan kegulanaan jiwa,
Kucoba untuk merangkai seuntai kata, tuk
mencari sebuah fatwa, yang terlindung di balik
patena. Kutelusuri setapak jalan, mengikuti secerah
cahaya yang tertancap di dinding-dinding kegelapan malam. Aku terus memapah kaki dalam kegelapan. Meraba bayangan dengan penuh hati-hati. Sampai akhirnya aku melihat seongkok obor penerang meski sayup-sayup dikejauhan, namun penuh harapan.

Jika masih mungkin ada tempat untukku dihatimu,
kan kupenuhi dengan bunga-bunga asmara.
Kan kusiram dengan air kebahagiaan dan ketulusan,
Kan kupupuk dengan rindu dan kasih sayang,
Kan kupagari dengan ikhlas, iman serta kesetiaan.
Agar kamu tahu bahwa tidak semua image orang-orang sama seperti apa yang ditebarkan

Idzinkan aku juga, membuat perahu kecil agar aku dapat berlayar dan berkelana dilautan yang terbentang luas dihatimu
Kan kuarungi bahtera sanubarimu, kan ku lalui dengan keteguhan dan ketgaran jiwa
Sampai aku gapai, aku jelajahi samudra kalbumu.

Buat sebuah dermaga meski hanya dengan beberapa
butir mutiara, yang sekiranya dapat jadi penerang
disaat perahu kecilku, kutambatkan di dermaga hatimu
itulah ketulusan harapanku


By. Abdus Saleh Radai
Villa Pabuaran Indah, 22 Desember 2003

Bangkit Saudaraku


Allah ! Tuhan seru orang-orang tertindas
Orang-orang melarat, dan sengsara
Mengatup bibir melantunkan lafasdz dengan namamu
Rintihan yang kesakitan, erangan yang menderita
Tuhan ! kau berada dalam tempat terpencil
Kau ada dalam gubuk-gubuk
Namamu terselip pada gubuk masyarakat pinggiran

Tuhan, dalam kegetiran selalu ada namamu
Dalam ketakutan selalu kau sertai
Renungan gelandangan malang
Rengikan pepohonan sepanjang balantara kemiskinan
Kebengisan sering kali berujung tangis darah dan kesakitan
Berujung dengan mengadu pasrah dengan namamu
Tanpa penyelesaian, dikucilkan dan terabaikan

Hanya kau yang menghargai
Hanya kau jalan satu-satunya
Hanya kau teman setia dan mengadu
Dikala musibah kefakiran dan kemiskinan
Melilit erat di pinggang kehidupan
Sudimu terpatri dalam semangat tabah dan sabar

Aku datang ! sungkan menyebutmu di kala aku butuh
Aku risih ! memanggilmu dikala sedang kebingungan
Aku malu ! menatapmu ketika mengabaikanmu
Kemunafikan senantiasa menyelubungiku
Aku sering mendustaimu
Namun kau tetap memeliharaku dalam keceriaan

Ya Tuhan ya rahman ya rahim
Kebohongan acapkali jadi topeng kebenaran
Kapan jujur dapat merias kehidupan kemanusiaan
Kapan kebaikan dapat menebar kebaikan bersama
Kapan arogansi dapat berganti dengan peduli akan sesama
Sampai kapan kemiskinan dapat terangkat
Berdiri tegak dalam semangat kebebasan

Miskin, melarat, perkampungan kumuh jadi objek dan sorotan
Momen sesaat dalam kepentingan
Hilang tanpa bekas manfaat bagi kemanusiaan
Perhatian hanya darimu
Rahmat dan ketabahan hanya karenamu
Adakah keterpurukan, kemiskinan dan ketindasan
Kehendak dan ciptamu?
Atau hanya bias kepongahan dan kesombongan makhlukmu yang beruntung

Ya Tuhan! aku jenuh, bosan melihat realitas saudara-saudaraku
Namun aku juga prihatin dan sedih dalam rasa bersamanya
Dengan cara apa aku dapat nengangkat derajatnya
Dengan apa aku harus menunjukan kebesaran jiwanya
Dengan apa mereka dapat hidup sejajar dengan yang mujur
Dengan apa pula dia dapat terangkat dengan iman padamu
Apa mungkin dengan harta, itu hanya dalam mimpi indah dan anganya

Tunjukan ya Tuhan dengan nyata
Tanpa menunggu akhiratmu
Bahwa mereka lebih mulya dari mereka yang beruntung
Tapi lupa dengan esensi keilahianmu
Nyatakan dalam kehidupan dunianya
Angkat namamu dari pinggiran keterasingan

Karena aku yakin kemiskinan bukanlah kodrat
Ketertindasan tidak semata-mata akibat kebodohan
Mereka tersingkir dan terpinggirkan oleh keangkuhan dan keserakahan
Bukankah kau tau Tuhan
Setiap saat aku melihat pengemis tua yang merengik
Orang buta meminta-minta
Memohon sedikit penyambung hidup
Aku selalu memohon agar kau menjaga dia dalam iman
Iman kepadamu wahai yang tunggal

Kadang aku sendiri merasa dalam kesombongan
Aku jarang membantu mereka
Aku kurang peduli pada mereka
aku cuek, acuh tak acuh pada mereka
Padahal sebenarnya esensiku sama dengan mereka
Sering sekali terburu-buru dan melangkah jauh dari mereka
Mengejar waktu sampai lengah pada mereka

Sampai kapan situasi ini akan berlanjut
Ya Tuhan ! sampai kapan cerita ini akan berakhir
Aku resah jika membiarkanya
Namun apalah dayaku, tanpa perlindungan darimu
Tapi aku senang sekali bersamanya
Bermain, ngobrol, bersahabat seperti keluarga
Tapi hanya itu yang dapat kulakukan

Aku hanya bisa berdoa dalam kesendirian
Dengan semangat bahagia yang mereka sungguhkan
Meski aku sadar mereka dalam situasi kelam
Aku tidak dapat berbuat apa-apa
Kecuali hanya dengan kata meratap belas kasihan darimu
Jagalah mereka dalam iman
Jagan biarkan mereka lupa, kufur padamu
Karena situasi kemiskinan
Ketertindasan
Diskriminasi
Semua itu tidak semata-mata kerena kelalaian


By. Abdus Saleh Maller

Senin, 01 Februari 2010

SENAM TAI CHI DAN GERAKAN DALAM SHOLAT


Master Saeho bersama Murid-murid Perguruan Kung Fu Shaolin Lan She Lung
Esensi kompleks yang dihasilkan dari ajaran hidup sesuai dengan hukum alam merupakan kebenaran yang mendalam dari semua agama. Bagaimanapun, esensi ini sangat ditekankan untuk semua ajaran relegius. Esensi yang kompleks yang dihasilkan dari ajaran hidup yang sesuai dengan hukum alam juga menjadi tujuan dari segala ilmu. Ajaran ini bagaikan kunci master (guru) yang dapat membuka semua pintu yang membimbing kita ke arah kebenaran utama dalam tingkat emosi, juga tidak terkunci pada tingkat pikiran sehingga tidak membuat kita tidak skeptis.

Apalagi perkembangan hidup modern sangat pesat di berbagai bidang, ditambah dengan penemuan-penemuan modern yang tidak diragukan lagi mempunyai manfaat bagi semua orang. Namun sayangnya kehidupan psikologis dan perkembangan kepribadian manusia belum setaraf dengan perkembangan teknologi modern. Seperti di Barat misalnya, agama dominan dalam banyak aspek kehidupan, dengan akibat positif dan negatifnya. Agama sebagai pengatur psikologis menawarkan kekuatan psikologis bagi seseorang dan membuat manusia bisa menghadapi problem sehari-hari. Akan tetapi ketika ilmu pengetahuan mulai berkembang pengatur psikologis ini mulai melemah sebagai hasil dari perkembangan intelektualitas. Sehingga akibatnya kehidupan psikologis tidak terlindungi. Pada akhirnya kebingungan mulai muncul dalam berbagai bentuk. Lain halnya dengan dunia Timur, agama sebagai pengatur psikologis yang menjadi pegangan dasar dalam menjalankan kehidupan tetap dipertahankan walaupun penemuan-penemuan teknologi modern mulai berkembang dan semakin canggih, tidak banyak mempengaruhinya dalam menjalankan ritual keagamaan sehari-hari, dengan demikian psikologi dapat terlindungi sehingga ketentraman jiwa tetap terkontrol.

SIHIR ITU NYATA BAGAIMANA DENGAN PELET...?

Selain mukjizat dan karamah, kemampuan semacam supra-alami lainnya yang dikenal dalam masyarakat ialah sihir. Tapi berbeda dengan mukjizat dan karamah, sihir senantiasa mengandung makna kejahatan.
Apakah sihir itu ada? Pertanyaan seperti itu terdengar sangat sederhana, tetapi barangkali cukup penting untuk memulai pem¬bicaraan kita. Sebab, selain ada kalangan yang tidak saja meyakini bahwa sihir itu ada—bahkan sepenuhnya menggunakan sihir itu untuk kepentingan sendiri atau kepentingan orang lain, namun ada juga kalangan yang mengatakan bahwa sihir adalah sejenis “gugon tuhon” atau takhayul (takhayyul—hasil khayalan). Maka jawaban atas pertanyaan itu ialah bahwa sepanjang yang kita dapatkan dalam kitab suci, sihir itu memang ada. Bahkan surah yang kedua terakhir dalam Al-Quran, yaitu surat Al-Falaq (Q., 113), merupakan doa memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan kaum sihir. Persoalannya ialah bagaimana penilaian Al-Quran terhadap sihir dan para pengamalnya itu. Dalam Al-Quran, sihir dikaitkan dengan kekafiran (yang dalam arti generiknya ialah sikap menutupi atau menolak kebenaran). Ini dapat kita simak dari rentetan firman suci, Dan sungguh telah Kami (Tuhan) turunkan kepada engkau (Muhammad) keterangan-keterangan yang jelas. Tidak ada yang menolak (kebenaran)-nya kecuali orang-orang durhaka. Apakah setiap kali mereka membuat perjanjian, segolongan dari mereka mencampakannya? Namun memang sebagian besar mereka tidak beriman. Dan tatkala datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang mendukung kebenaran apa yang ada pada mereka sendiri, justru segolongan dari mereka yang telah mendapatkan kitab suci (terdahulu) mencampakkan kitab Allah ke belakang, seolah-olah mereka tidak tahu. Dan mereka turutkan apa yang diceritakan (secara palsu) oleh setan-setan mengenai kerajaan Sulaiman. Sulaiman sendiri tidaklah menolak kebenaran, tetapi setanlah yang menolak kebenaran. Mereka (setan-setan) itu mengajari manusia sihir dan sesuatu yang diturunkan kepada Babilonia kepada (dua malaikat) Harut dan Marut. Tetapi keduanya itu tidaklah mengajari seorang pun hal tersebut (sihir) kecuali dengan mengatakan (sebagai peringatan): “Kami (berdua) ini tidak lain hanyalah percobaan (fitnah), karena itu janganlah kamu menolak kebenaran (kafir).” Namun manusia belajar dari kedua malaikat itu sesuatu (sihir) guna memisahkan seseorang dari pasangan hidupnya. Tetapi mereka dengan (sihir) itu tidak akan mampu membahayakan seseorang kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang membahayakan mereka dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Mereka sendiri benar-benar sudah tahu bahwa orang yang membeli (menggunakan) sihir itu tidak akan mendapatkan bagian apa-apa di akhirat. Sungguh jahat harga yang dengan itu mereka jual diri mereka sendiri, kalau saja mereka mengetahui! Padahal seandainya mereka itu beriman dan bertakwa, maka pastilah akan mendapatkan ganjaran (kebahagiaan) yang lebih baik dari sisi Allah, kalau saja mereka mengetahui!” (Q., 2: 99-103).
Dalam firman Allah itu disebutkan negeri Babilonia, suatu negeri di Lembah “Antara Dua Sungai” (Mesopotamia), yaitu antara sungai Furat (Efrat) dan Dajlah (Tigris)—sekarang Irak. Daerah itu, bersama dengan Mesir, dicatat para ahli sebagai tempat menyingsingnya fajar sejarah umat manusia dan buaian (the cradle) peradaban dunia. Dalam Bahasa Arab, kawasan yang terbentang dari Nil di barat ke timur melewati lembah Mesopotamia dan terus sampai ke sungai Oxus disebut sebagai “Daerah Berperadaban” (al-Dâ’irât al-Ma‘mûrah). Dalam pandangan bangsa Yunani, kawasan itu merupakan inti Oikumene (yang harus dibedakan dari istilah Ecumene), yang istilah itu, seperti diartikan Alfred Kroeber, menunjuk “tidak hanya sebagai istilah kawasan tetapi mengacu kepada kompleks historis budaya agraria yang memiliki hubungan antar kawasan yang khusus dengan lingkup yang semakin luas”. Dan al-Dâ’irât al-Ma‘mûrah atau Oikumene itu, dengan berintikan kompleks antara Nil dan Oxus, “Tetap merupakan tempat sebagian besar kehidupan bersejarah di belahan bumi ini sampai tiba zaman modern, ketika masyarakat sistem agrari tidak lagi merupakan bentuk yang menentukan bagi masyarakat di dunia pada umumnya, karena telah digantikan oleh masyarakat berteknologi modern sejak akhir abad kedelapan belas”.
Dua tokoh makhluk yang disebutkan dalam firman-firman tersebut sebagai yang pertama mengajarkan sihir, yaitu tokoh Harut dan Marut disebutkan berasal dari Babilonia yang dalam zaman kuno merupakan asal usul banyak ilmu pengetahuan, termasuk astronomi. Kata Yusuf Ali, seorang ahli tafsir yang terkenal, “Harut dan Marut hidup di Babilonia, suatu tempat ilmu pengetahuan kuno, khususnya astronom”i. (Cak Nur), ........selanjutnya Pelet dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur'an.