"Jika belum ketemu tentu sangatlah rindu, jangan bersedih hati terus sebut namanya sampai dia datang menghampiri"

Jumat, 03 Juni 2022

E-Prix Formula E dan Jalan Politik Anies Baswedan

Gambar Jakarta Internasional E-Prix berdampingan dengan Jakarta Internasional Stadium (JIS)
Hiruk pikuk penyelenggaraam Formula E Jakarta berjalan panjang. Sejak tahun 2020 publik sudah disuguhkan berita-berita terkait dengan gelaran Formula E di Jakarta.

Pada 2020 silam, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai sohibul  bait penyelenggaraan Formula E dengan kendaraan tenaga listrik ini, Pemprov DKI Jakarta sudah menyampaikan, bahwa jalan di sekitaran komplek Monas akan menjadi lokasi sirkuit Formula E, dan menetapkan Monas sebagai lokasi di gelarnya perhelatan kejuaraan dunia balapan Formula E yang katanya ramah lingkungan ini.

Setelah Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta, mengumumkan Monas sebagai lokasi sirkuit Formula E, selanjutnya Sang Gubernur melakukan revitalisasi kawasan Monas dengan menebang sejumlah pohon. Pada rentang waktu itu juga Pak Gubernur Anies pada Februari 2020 menginstruksikan Pemprov DKI melakukan uji coba aspal balap Formula E di sisi timur Monas.

Hal inilah  yang menjadi pemicu polemik gelaran Formula E Jakarta. Tindakan pengaspalan yang tidak permanen dengan bongkar pasang, penebangan pohon yang dianggap merusak lingkungan mendapat perlawanan dari sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta. 

Menurut hemat penulis, tindakan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta merevitalisasi kawasan Monas dengan menebang pohon-pohon yang telah terpelihara sekian lama sangatlah tidak bijaksana. Tidankan ini cenderung gegabah dan gagapan, melihat kondisi bangsa Indonesia secara keseluruhan waktu itu masih dalam kondisi berjuang melawan pandemi Covid-19. 

Kebijakan revitalisasi ini juga yang menjadikan lingkungan pemerintahan DKI Jakarta gaduh, tegang, antara Gubernur dan DPRD DKI Jakarta. 

Monas sebagai lokasi sirkuit Formula E sempat memunculkan drama saat Anies mengirim surat yang ditujukan kepada Menteri Sekretaris Negara sekaligus Ketua Komisi Pengarah Pembangunan Kawasan Medan Merdeka. Sampai akhirnya Pemprov DKI Jakarta tak kunjung mendapatkan izin dari Pemerintah Pusat untuk menggelar ajang balap mobil listrik tersebut di kawasan cagar budaya Monas.

Perjalanan panjang penyelenggaraan kejuaran dunia Formula E Jakarta, akhirnya menemui titik terang setelah Ketua Panitia Penyelenggara Formula E Jakarta 2022 Ahmad Sahroni langsung mengumumkan Ancol sebagai lokasi sirkuit. Sirkuit ini mengambil sebagian jalan di tengah kawasan Taman Impian Jaya Ancol yang terletak di Jakarta Utara.

Kini Sirkuit tersebut telah terwujud sebagai realisasi dari rennacana besar Anies Baswedan memanjkan masyarakat Jakarta dan Indonesia untuk menikmati gelaran kejuaran dunia Formula E, di kampung sendiri.

Apakah penyelenggaraan Formula E Jakarta bermuara politis?

Hemat penulis perhelatan Formula E Jakarta, akan menyedot perhatian publik nasional dan dunia internasional. Mengingat gemuruh penyelenggaraan balapan ini multi dimensi. 

Mengingat sirkuit Formula E Jakarta ada di Ibukota Negara Indonesia, Jakarta bagian utara tepatnya. Letak sirkuit berada di fasilitas wisata Taman Impian Jaya Ancol, tempat rekreasi masyarakat ibukota. Selain itu Formula E Jakarta, juga menggunakan kendaraan lsitrik yang ramah lingkungan.

Maka, fenomena helatan akbar Formula E, oleh Pemerintah DKI Jakarta ini akan berbuah manis pada capaian Anies Baswedan sebagai pimpinan tertinggi di DKI Jakarta, yang sebentar lagi akan purna tugas. 

Sebelumnya nama Anies Baswedan sudah harum namanya karena sukses merampungkan pembangunan gedung  Jakarta International Stadium (JIS), dan sudah digunakan untuk gelaran olahraga internasional, yaitu Turnamen sepakbola International Youth Championship (IYC).

Tentu saja perhelatan akbar seperti kejuaran dunia balab Formula E Jakarta ini, akan mempunyai ekses politis bagi Anies Baswedan. Seperti sudah gencar dalam pemberitaan bahwa Anies Baswedan salah satu figur publik yang di gadang-gadang sebagai calon presiden republik indonesia selanjutnya.

Pada akhirnya sebagai anak bangsa kita semua harus berbangga karena Indonesia saat ini menjadi sorotan dunia, baik dari segi suksesnya melawan pandemi Covid-19, suksesnya menyelenggrakan balapan Motor GP di Sirkuit Mandalika, Sukses memyelenggarakan kejuaran Sepakbola junior internasional di Jakarta International Stadium (JIS), dan sukses menggelar balapan Formula E Jakarta, di Jakarta Internasional E-Prix,  Ancol Jakarta Utara.

Siapa pun juara Formula E Jakarta, maka akan terkenang selama hidupnya karena pernah balapan dan juara di sebuah sirkuit yang indah dan bangsa yang mengagunkan.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "E-Prix Formula E dan Jalan Politik Anies Baswedan", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/abdussalehradai8240/62998009d2634522f7200632/formula-e-dan-jalan-politik-anies-baswedan

Kreator: Abdus Saleh Radai
Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator. Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Kamis, 02 Juni 2022

Menakar Ruh Pancasila di Era Milenial


Tugu Garuda Pancasila Paloh Sambas
Setiap saat kita bertemu dan melalui hari-hari besar kebangsaan kita sebagai warga negara yang merdeka dan berdaulat. Termasuk peringatan hari lahir Pancasila yang merupakan ideologi dasar tegaknya kedaulatan Republik Indonesia. Pancasila menjadi ruh perjalanan berbangsa dan bernegara bagi setiap warga negera yang berada di bawah kedaulatan negara yang bernama Indonesia.

Seperti kita ketahui banhwa Pancasila merupakan pilar ideologi utama bangsa Indonesia. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pacasila terdiri dari dua suku kata yang berasal dari bahasa sangsakerta yaitu Panca yang berarti lima, dan Sila yang berarti prinsip dasar atau asas. 

Sila-sila dari lima sila yang tercantum dalam ideologi Pancasila tersebut terdiri dari, Ketuahanan yang Maha Esa, Kemanusiaam yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. lima ideologi utama penyusun Pancasila adalah lima sila Pancasila, yang tercantum pada alinea keempat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (disingkat UUD 1945; terkadang juga disingkat UUD '45, UUD RI 1945, atau UUD NRI 1945) adalah konstitusi dan sumber hukum tertinggi yang berlaku di Republik Indonesia. UUD 1945 menjadi perwujudan dari dasar negara (ideologi) Indonesia, yaitu Pancasila, yang disebutkan secara gamblang dalam Pembukaan UUD 1945. (sumber: Naskah UUD 1945, diterbitkan pada tahun 1946)

Sekarang pertanyaanya apakah ruh atau spirit Pancasila masih ada di era Milenial ini?

Jawabannya pasti subjektif dan demensional. Tidak dapat dipungkiri dengan berlalunya zaman dan perkembangan teknologi yang terus memwarnai kehidupan akan menimbulkan ekses posisitf dan negatif bagi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dalam berbangsa dan bernegera.

Seperti misalnya Sila pertama dalam Pancasila kita semua di pandu dengan sebuah iedeologi hidup dalam bingkai Ketuhanan yang Maha Esa, maknanya  adalah setiap warga negara kesatuan Republik Indonesia harus menetapi suatu keyakinan dalam konsep ketuhanan sesuai dengan agamanya masing-masing. Artinya syarat utama menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) harus beragama. Percaya dan taat pada ajaran masing-masing agama dengan meneguhkan prinsip toleransi dalam beragama mengingat bangsa indonesia adalah bangsa yang majemuk, atau yang kita kenal dengan negara yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

Ruh sila pertma ini menjadi tantangan tersendiri bagi generasi terkini yang kita kenal dengan generasi milenial, sebuah era dengan generasi yang serba instan. Fokus pada orientasi global dan cenderung pargmatis, serta tidak sedikit yang abai terhadap persoalan-persoalan ideologis, baik itu ideologi negara atau ajaran yang terkandung di dalamnya.

Prinsip Kemanusian yang Adil dan Beradab, relasi kemanusian kita, di sebuah era yang serba online ini seakan nyata tapi semu. Ada naluri atau intuisi dari sifat persahabatan, keluarga, dan kebersamaan itu mulai hilang akibat kemudahan-kemudahan komunikasi yang kita dapatakan melunturkan sikap kesahajaan. Mudah menghujat, mudah menyebarkan berita bohong, mudah menghakimi orang tanpa diawali dengan konfirmasi sebuah kebenarannya. Sehingga prinsip-prinsip keadilan dan akhlak sepertinya memudar bersama kecanggihan era yang memanja.

Sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia, menjadi pertaruhan penting di era milenial ini. di zaman teknologi yang telah mengontrol diri ini, sifat-sifa individulaistik telah mengkungkung pribadi-pribadi menajdi individualis, memisahkan diri dari komunitas besar berbangsa, mudah mendirikan kelompok-kelompok yang tidak sejalan dengan ruh kebangsaan. Separatisme meningkat, sikap-sikap sektarian tumbuh kembang menjamur dimana-mana. Sehingga rasa persatuan dan kesatuan dalam berbangsa tergerus oleh zaman dan kepentingan individu.

Pada sila ini Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, sila yang menjadi nilai luhur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karenanya peran serta negara harus hadir dalam kehdiupan berbangsa dan bernegara bagi rakyatnya. Ketika masyarakat Indonesia sudah selesai dalam kegiatan Pemilu, Pilkada, dan Pilpres, maka kita akan tahu wakil-wakil rakyat yang memiliki suara terbanyak dan jadi pemenangnya. Setiap wakil rakyat yang terpilih harus menjalankan tugas dan fungsinya dengan penuh tanggung jawab karena tugas-tugasnya sangat berpengaruh pada kehidupan rakyat.

Maka dari itu, kerakyatan yang dianut oleh bangsa Indonesia bukan hanya mencari suara terbanyak saja. Karena bangsa Indonesia menganut paham “kerakyatan” harus sesuai dengan apa yang tercantum di dalam Pancasila terutama pada sila keempat yang berbunyi Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, merupakan sila yang penuh tantangan dan butuh spirit yang kuat dari pengamalam Pancasila itu sendiri. Jika negara mampu memkanai dan menerapkan empat sila sebelumnya maka  Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia akan tercapai. tapi jika tidak, maka idelologi Pancasila hanya sebatas ideologi, yakni kehidupan berbangsa dengan idelogi Pancasila hampa tanpa ruh. 

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Menakar Ruh Pancasila di Era Milenial", Klik untuk baca: https://www.kompasiana.com/abdussalehradai8240/629707e4ce96e5243d12adb2/ruh-pancasila-di-era-milenial

Kreator: Abdus Saleh Radai 
Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator. Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com