"Jika belum ketemu tentu sangatlah rindu, jangan bersedih hati terus sebut namanya sampai dia datang menghampiri"

Minggu, 01 September 2019

PERJALANAN MENUJU ACARA HAUL MBAH KH. CHASBULLAH MARZUQI KUTOANYAR

Rutinan Malam Jum'at Khususiyah Bersama KH. Agus Salim
Hari ini Sabtu, 31/8/2019 bersamaan dengan Peringatan Tahun Baru Islma 1 Muharram 1441 Hijriyah. adalah diselenggarakannya Acara Haul Mbah KH. Chasbullah Marzuqi, Kutoanyar, Tulungagung. Acara Haul Mbah Kakung (beliau biasa dipanggil) dihadiri oleh para muridnya yang tersebar di beberapa wilayah khususnya Jawa Timur, Jawa Tengah,  dan Jawa Barat. 

Kegiatan Musyawarah Rutin Jum'at Pagi Bersam KH. Agus Salim
Perjalanan Acara Haul Mbah Kakung tahun ini diawali dengan Rutinan Malam Jum'at yaitu Khususiyah Jamaah Thoriqoh Syadzliyah wal Qodiriyah Pondok PETA Tulungagung, Titik Cikarang Kota Bekasi Jawa Barat. Khususiyah merupakan amaliah pembacaan aurad Syadziliyah wa Qodiriyah yang di baca secara bersama-sama pada malam Jum'at dan malam Selasa untuk Titik Cikarang Kota, dan di pimpin oleh Imam Khususiyah Thoriqoh Syadziliyah wal Qodiriayah. Peserta Rutinan Khususiyah adalah Jemaah Thoriqoh yang telah di Bai'at, baik Bai'at Thoriqoh Syadziliyah atau pun Bai'at Thoriqoh Qodiriyah. Bai'at hanya bisa dilakukan oleh Mursyid Thoriqoh Syadziliyah wal Qodiriyah Pondok PETA Tulungagung, yaitu Romo KH. Charir Sholahuddin Al Ayyubi dari Romo KH. Abdul Jalil Mustaqim (atau Romo KH. Arief Mustaqim) dari Romo KH. Mustiqim bin Husein, dan sterusnya sampai ke Halratussyeikh Abi Hasan As-Syadzily.

Ziarah Ke Hdlratussyeikh KH. Mahfudz Syafi'i Pondok Istighotsah
Pada Hari Jum'at tanggal 30/8/2019 sebelum berangkat menuju Tulungagung Jawa Timur, seperti biasa ziarah dan silaturrahim dengan KH. Mahfudz Syafi'i Pondok Istighotsah, Bulak Kapal, Kota Bekasi Jawa Barat, yang dipimpin langsung oleh KH. Agus Salim selaku Imam Khususiyah Thoriqoh Pondok PETA Tulungaung. KH. Agus Salim senantiasa menekankan bahwa mau pergi kemana saja, apalagi yang berhubungan dengan perjalanan ruhani atau batin harus di mulai dengan berziarah ke Makam KH. Mahfudz Syafi'i. Hal ini dilakukan kerena KH. Mahfudz Syafi'i adalah pembawa Thoriqoh Pondok PETA Tulungagung, dari Mbah KH. Mustaqim bin Husein, melalui Mbah KH. Chasbullah Marzuqi, ke Jawa Barat Khususnya Bekasi dan sekitarnya. 

Abdus Saleh Radai Naik Perahu Situ Lengkong Panjalu
Setelah selesai ziarah ke Makam KH. Mahfudz Syafi'i, rombongan langsung melanjutkan perjalanan untuk ziarah dan silaturrahim ke Mbah Wali yaitu Mbah Panjalu, Ciamis Jawa Barat. Menurut beberapa sumber, Syeikh Panjalu adalah Prabu Borosngora putra dari Prabu Cakradewa. Sedangkan menurut Gus Dur, beliau adalah prabu Hariang Kencana atau Sayid Ali Bin Muhammad bin Umar (Mbah Panjalu). Syeikh Panjalu atau juga biasa disebut Mbah Panjalu adalah seorang Ulama penyebar agama Islam di sekitar wilayah Ciamis, Jawa Barat. Lokasi makam Mbah Panjalu berada di pulau Nusa Gede, di tengah sebuah danau yang berada di sebuah bukit yang masuk wilayah Ciamis Jawa Barat. Danau yang mengelilingi pulau kecil yang disebut Nusa Gede atau Larangan ini dikenal dengan sebutan Situ Lengkong Panjalu. Letak makam Mbah Panjalu sendiri berada di kawasan hutan lebat seluas 57 hektare di tengah pulau kecil ini. Pulau Nusa Gede atau Larangan ini dikelilingi air yang berwarna kehijauan. Konon air di Situ Lengkong ini berasal dari mata air zam-zam di Mekkah. 

Abdus Saleh Radai/Lokasi Makam Mbah Panjalu
Menurut sejarahnya, Situ Lengkong ini dibuat oleh leluhur Panjalu. Dahulu kala di Panjalu telah berdiri kerajaan Hindu yakni kerajaan Panjalu. Pada saat itu kerajaan ini diperintah oleh Prabu Cakradewa. Sang raja memiliki seorang putra yang bernama Borosngora. Raja menginginkan agar putranya pergi berkelana mencari ilmu sejati. Putra raja itu pun mematuhi perintah ayahnya. Ia berkelana jauh mencari ilmu sejati sampai akhirnya ia sampai di tanah Mekkah. Di sana  ia kemudian masuk Islam dan berguru kepada Sayyidina Ali bin Abi Tholib Karamallahu Wajhah. Setelah cukup lama, maka pulanglah sang putera mahkota ke tanah Panjalu dengan dibekali Air Zam-zam. Sang putra mahkota akhirnya menjadi Raja Panjalu menggantikan ayahandanya dengan gelar Sang Hyang Borosngora. Konon, air Zam-zam yang dibawa dari Mekkah ditumpahkan ke sebuah lembah yang bernama lembah Pasir Jambu. Seiring dengan bertambah banyaknya air di lembah itu, maka terjadilah danau yang kini disebut Situ Lengkong Panjalu. 

Ziarah di Makam Mbah Kakung (KH. Chasbullah Marzuqi)
Untuk menuju lokasi makam Mbah Panjalu, dari dermaga, para peziarah harus menyeberangi danau dengan menggunakan perahu motor. Biasanya pada saat-saat ramai musim berziarah, pengunjung mesti antri untuk mendapat giliran naik perahu. Saat rombongan Acara Haul Mbah Chasbullah Marzuqi, sampai di Makam Mbah Panjalu, kebetulan bukan musim ramai ziarah, kami beserta rombongan sampai pada malam hari dan sangat sepi. kami langsung sewa perahu untuk menyebrangi danau atau Situ Lengkong Panjalu untuk sampai di lokasi Makam Mbah Panjalu. Karena saat ini musim kemarau panjang, maka air danau sedang surut. setelah tiba kami dan rombongan langsung Ziarah dan silaturrahim dengan Mbah Panjalu (Sayid Ali Bin Muhammad bin Umar).


Lokasi Makam Mbah KH. Chasbullah Marzuqi
Selesai Ziarah ke Mbah Panjalu, di malam hari yang tenang dan sunyi kami melanjutkan perjalanan menuju Tulungagung Jawa Timur dengan jarak tempuh perjalanan sekitar 680 KM. Banyak sekali pelajaran yang dapat di jadikan faidah dan manfaat pada setiap jengkal perjalanan panjang ini, yaitu yang paling utama adalah mujahadah dan ghiroh kita terhadap guru, untuk menimba ilmu dan barokah dari guru Mursyid. Pada siang hari yang cerah kami sampai dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur kepada Allah SWT, karena kami sampai tepat waktu dengan selamat. Setibanya di Kutoanyar rombongan langsung menuju Makam Mbah KH. Chasbullah Marzuqi, di Desa Kutoanyar, Tulungagung. Setelah selesai mengumandangkan dzikir dan tahlil rombongan disambut dengan gembira oleh tuan ruamah, yang tidak lain adalah para dzuriyah Mbah Kakung, dianataranya adalah Kyai Muhsin, Kyai Ali Murtadha, dan Kyai Mansyur. Banyak sekali pelajaran yang kami dapatkan dalam rangkain silaturrahim tersebut. Terutama kemurnian ajaran dan amaliah Mbah Kakung dalam mengamalkan Thoriqoh dalam kehidupan sehari-hari. 


Acara Dzikiran di Makam Mbah KH. Chasbullah Marzuqi
Selesai ramah tamah dengan Keluarga Besar Mbah Chasbullah Marzuqi, setelah menikmati sajian khas Kutoanyar, santapan nasi pecel yang pedas, rombongan langsung mohon diri untuk istirahat dan mempersiapkan diri untuk menghahdiri acara Haul Mbah Kakung pada malam harinya. Syukur alhamdulillah semua rombongan dapat berkhikmad mengahadiri dan mengikuti acara Haul Mbah Kakung dengan penuh semangat karena hakikatnya Haul Guru adalah kebutuhan kita. (ASR)

Baca Juga: Jamaah Thoriqoh Syadziliyah WalQodiriyah Bekasi Menghadiri Haul Ke-50 Hadlratussyeikh Mustaqim Bin HusainPondok Peta Tulungagung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar